Mohon tunggu...
Puan KhusyalaDevi
Puan KhusyalaDevi Mohon Tunggu... Freelancer - Undegraduate Student

Just For Fun

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksinisasi dalam Islam

1 Desember 2019   15:07 Diperbarui: 1 Desember 2019   15:06 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(source: forbes.com)

Oleh Puan Khusyala Devi

Apa itu Vaksin?

Menurut kamus mirriam-webster[1] Vaccine is a preparation of killed microorganisms, living attenuated organisms, or living fully virulent organisms that is administered to produce or artificially increase immunity to a particular disease.atau Vaksin merupakan mikroorganisme yang telah disiapkan untuk diberikan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sementara menurut WHO pada situsnya[2], bahwa Vaksinasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit. Vaksin membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan patogen seperti virus atau bakteri, yang kemudian membuat kita aman dari penyakit yang disebabkannya. Vaksin melindungi terhadap lebih dari 25 penyakit yang melemahkan atau mengancam jiwa, termasuk campak, polio, tetanus, difteri, meningitis, influenza, tetanus, tipus, dan kanker serviks.

Saat ini, sebagian besar anak menerima vaksin mereka tepat waktu. Namun, hampir 20 juta di seluruh dunia masih belum menerima vaksinisasi - menempatkan mereka pada risiko penyakit serius, kematian, cacat dan kesehatan yang buruk. Adapun, banyak hal yang menyebabkan mereka tidak menerima vaksinisasi salah satunya adalah gerakan anti vaksin, baik itu yang dilandaskan karena informasi yang sesat, maupun karena sikap hati-hati karena Agama tidak menjelaskan secara gamblang. Gerakan anti vaksin sendiri sebetulnya sudah lama bergema, puncaknya adalah ketika seorang dokter bernama Andrew Wakefield merilis jurnal medis yang mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara autism dengan vaksinisasi.[3] Namun kemudian jurnal tersebut ditarik kembali dikarena adanya temuan bahwa Andrew Wakefield menerima sejumlah dana untuk merilis temuan tersebut walaupun temuan tersebut banyak mengandung kesalahan ilmiah.[4]. Walaupun sudah ditarik kembali, banyak orang terlanjur percaya dengan temuan tersebut sehingga banyak orang yang menjadi anti terhadap vaksinisasi.

Vaksin menurut Agama Islam

Padahal, kesehatan merupakan aset kekayaan yang tak ternilai. Ketika nikmat kesehatan dicabut oleh Allah SWT, maka manusia rela mencari pengobatan dengan biaya yang mahal bahkan ke tempat yang jauh sekalipun. Sayangnya, hanya sedikit orang yang peduli dan memelihara nikmat kesehatan yang Allah SWT telah anugerahkan sebelum dicabut kembali oleh-Nya. Pencegahan penyakit dipandang sebagai kebutuhan akan keseimbangan dan harmoni antara enam pasang hal-hal yang berlawanan: ekskresi dan retensi, gerakan psikis dan istirahat, gerakan raga dan isti rahat, tidur dan bangun, kelebihan dan kekurangan makan dan minum, dan kelebihan atau kekurangan udara. Kaum Muslim mencurahkan sebagian besar bakat medis mereka untuk pengobatan preventif, dengan keyakinan bahwa ini lebih penting daripada penyembuhan. Seorang dokter asal Persia yaitu Dokter Ali bin Abbas mempersembahkan tiga puluh satu bab dari bukunya Al-Shina'ah Al-Thibbiyyah (Profesi Medis) untuk membahas pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

Imunisasi sendiri merupakan tindakan pencegahan primer yang berarti adalah upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat. Selain imunisasi, perbaikan gizi juga sanitasi lingkungan juga merupakan rangkaian pencegahan primer. Tentu sebagai salah satu langkah preventif, maka perlu adanya kesadaran diri untuk melakukan vaksinisasi tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui kementrian kesehatan telah meluncurkan program imunisasi sebagai program preventif dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan dijadikan sebagai prioritas. Di negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dan dengan cakupan yang luas, terjadi penurunan insiden penyakit menular secara signifikan sejak berpuluh puluh tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia, program imunisasi nasional sudah dijalankan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 1977. Walaupun sebenarnya imunisasi di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, program imunisasi dilaksanakan sejak tahun 1956 melalui pemberian imunisasi cacar (variola) dan BCG. Di tahun 1972, Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar (variola), dan sejak tahun 1985 terjadi penurunan insiden penyakit menular secara mencolok yaitu penyakit difteri, tetanus, pertusis, campak dan polio.

Halal-Haram Vaksinisasi

Isu yang berkembang tentang haramnya vaksin sangat meresahkan sebagian masyarakat terutama masyarakat muslim. Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim maka ini menjadi masalah yang harus kita pikirkan bersama. Banyak orang tua, yang menunda vaksinisasi anaknya karena ditakutkan vaksin tersebut mengandung unsur-unsur haram, padahal dengan menunda-nunda vaksinisasi, maka semakin besar probabilitas sang anak terkena preventable disease. Tercatat pada tahun 2019 ini, terdapat tiga kasus anak terkena penyakit Polio yang masuk kedalam Kejadian Luar Biasa oleh pemerintah Indonesia dimana satu diantaranya terkena lumpuh layu.[5] Hal ini semestinya menjadi alarm bagi kita untuk jangan berhenti melakukan vaksinisasi, karena penyakit polio sendiri belum ditemukan obatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun