Mohon tunggu...
Putri Khalestia
Putri Khalestia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Terbuka | Dewasa muda yang punya hobi menulis.

Menebar kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Resiliensi: Sebuah Tips Agar Tidak Terjebak Dalam Keterpurukan

3 Januari 2022   16:57 Diperbarui: 3 Januari 2022   17:17 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: hot liputan6.com

Tidak terasa waktu bergulir sangat cepat. Hari ini, kita sudah memasuki tahun 2022. Pastinya, setiap orang berharap di tahun ini akan ada lebih banyak datang kebahagiaan setelah banyaknya duka yang terjadi di tahun sebelumnya. Bahkan, ada sebagian orang yang berusaha untuk kembali ke kondisi semula setelah mengalami duka.  Nah..kali ini saya akan berbagi cerita tentang apa saja yang saya lakukan untuk kembali bangkit dari peristiwa "pahit".

Sejatinya, kehidupan tidak selalu tentang apa yang kita inginkan. Realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginan membuat kita memaknai kehidupan seakan tidak adil. Hal ini kerap kali menimbulkan rasa ingin menyerah, putus asa, kesedihan, dan keterpurukan. Kemampuan resiliensi menjadi hal yang penting untuk terus dilatih dalam menghadapi hal ini. 

Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk kembali bangkit setelah mengalami kesulitan, frustasi, dan kemalangan  (Ledesma, 2014).

Dilahirkan dari keluarga yang sederhana telah mengajarkan saya bahwa hidup adalah perjuangan. Berjuang untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan, berjuang agar menjadi pribadi yang lebih baik, bahkan berjuang untuk hal kecil sekalipun. Akan tetapi, kerap kali apa yang sudah diperjuangkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kegagalan, tantangan, dan rintangan dalam kehidupan bisa datang kapan saja, menguji setiap orang yang sedang semangat berjuang untuk meraih cita-citanya atau keinginannya. Perlu kita sadari bahwa memang ujian hidup akan menimpa kepada semua orang yang ada di dunia ini. Hal yang menjadi pembeda adalah "apa masalahnya", "kapan", dan "bagaimana" kita menyikapi hal tersebut. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa kembali bangkit dari keterpurukan?

  1. Sikap Menerima

Menurut saya, tahapan yang harus dilakukan pertama kali saat kita merasa kecewa, saat apa yang diharapkan tidak tercapai adalah mencoba menerima dan berdamai dengan kondisi atau situasi. Dalam Islam dikenal sebagai sifat qana'ah yang artinya menerima semua yang terjadi dalam kehidupan kita karena semuanya memang sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Yang perlu diyakini adalah bahwa kita hidup bukan hanya tentang apa yang bisa kita kendalikan, tetapi ada banyak hal-hal yang di luar kendali kita sebagai manusia. Selain itu, kita tidak akan bisa menemukan solusi, jika kita sendiri tidak bisa menerima dan berdamai dengan keadaan atau minimal kita bersikap tenang terlebih dahulu.

Ujian kehidupan memang sering kali dipersepsikan sebagai suatu hal yang negatif, tetapi sebenarnya dibalik itu semua banyak hal positif yang pada akhirnya mengajarkan kita untuk lebih memahami dan mengerti hakikat kehidupan sebenarnya. Tentu hal ini tidaklah mudah karena untuk bisa menerima dan berdamai, mengharuskan kita untuk berani menghadapi kenyataan pahit dan tetap berpikir positif bahwa semua akan baik-baik saja dan semua pasti ada hikmahnya. Hal ini sejalan dengan QS. Al-Insyirah ayat ke-5 yang memiliki arti "Maka sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan".

2. Bersabar

Perlu disadari bahwa akan ada satu titik di mana kita tidak harus selalu memaksakan apa yang kita inginkan. Hal ini sesuai dengan kalimat yang sering kita dengar "Kita bisa berencana tetapi Allah yang menentukan." Sebagaimana yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah ayat 216 yang memiliki arti

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." 

Mengutip dari Quran Kemenag, selain hukum peperangan dalam islam, tafsir lainnya untuk ayat ini adalah penegasan bahwa sesuatu yang disukai oleh kita belum tentu baik di mata Allah, begitu juga sebaliknya. Ayat ini menjelaskan bahwa skenario dari Tuhan adalah yang terbaik.  Hal-hal yang kita anggap buruk bisa saja mengandung kebaikan. Dari sini, kita bisa menjadi lebih berserah diri dengan catatan tetap terus berikhtiar (berusaha) dibarengi dengan meminta pertolongan Allah dan bersabar. Semua yang terjadi di dalam hidup ini pasti ada hikmahnya dan bisa dijadikan pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik. Kesabaran bisa menjadi benteng saat kita menerima suatu ujian kehidupan.

3. Mencoba Bangkit Kembali

Terkadang kita terlalu berlebihan dalam menginginkan sesuatu dan terlalu yakin bahwa hal itu adalah yang terbaik bagi kita hanya karena orang lain telah mendapatkannya. Bertekad kuat itu penting, tetapi memiliki fleksibilitas juga lebih penting, seperti dalam mengubah rencana hidup, menerima hasil yang tidak sesuai dengan ekspetasi, mengakui bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki terhadap diri sendiri (introspeksi diri), dan membuka pikiran bahwa setiap orang memiliki jalan yang berbeda. Ubahlah persepsi tentang kegagalan bahwa gagal itu memang suatu hal yang wajar dalam usaha menggapai cita-cita. Setelah itu, buat rencana baru, kemudian bangun kembali kepercayaan dirimu dan yakinkan bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari satu pintu.

4. Berhenti Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain dan Syukuri Apa yang Sudah Kita Miliki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun