Mohon tunggu...
Rilo PambudiS
Rilo PambudiS Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. Pengelana yang haus kesuksesan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mensyukuri Nikmat Hujan

12 September 2019   23:29 Diperbarui: 14 September 2019   15:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan/sains.kompas.com

INFOGRAFIS
INFOGRAFIS
Sebagai orang awam, alasan kami tak muluk-muluk, yang penting kebutuhan air untuk minum dan memasak dapat terpenuhi hingga musim hujan datang lagi. 

Pernah suatu waktu, ketika air hujan habis, kami memasak menggunakan air gambut. Alhasil, nasi yang harusnya warna putih menjadi merah kecokelatan. Rasanya pun tak lagi gurih. Gara-gara itu, kami membeli beberapa galon ukuran 19 liter untuk penampung tambahan. 

Sedianya, hal ini juga dilatar-belakangi lokasi depot air yang jauh dari rumah. Tepatnya, hanya tersedia di kecamatan. Jaraknya memang cuma 60-70km. 

Masalahnya, jalan yang ada masih dalam bentuk tanah dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Untuk sampai ke kecamatan memakan waktu rata-rata 2 jam. Ada alternatif lain, menggunakaan kendaraan air (Pompong). 

Problemanya, waktu tempuh lebih lama. Paling cepat untuk sampai itu 4 jam. Artinya, untuk pulang-pergi butuh waktu 8 jam. Begitulah sulitnya kami memperoleh air layak konsumsi. 

Memang harganya terjangkau yaitu Rp20.000. Tapi, tak ada salahnya kita coba untuk hitung-hitungan. Seperti diketahui, rata-rata kebutuhan manusia dewasa atas air mineral per harinya adalah 2 liter. 

Anggota keluarga saya ada 5 orang, semua telah masuk kategori dewasa. Satu galon besar maksimal isinya 19 liter. Sehingga, jangka waktu habisnya air galon adalah 19 : (5x2)  = 1,9 hari. Kita bulatkan saja menjadi 2 hari. 

Dengan begitu, keluarga saya harus membeli satu galon dalam dua hari. Maka, selama sebulan dibutuhkan 15 galon air. Kalau dikalikan harga, berarti tiap bulannya akan mengeluarkan uang sebesar Rp300.000. Ini baru untuk minum, bagaimana kalau untuk memasak dan keperluan lainnya? Dari sini, kita dapat menilai, memenuhi kebutuhan air dengan menampung hujan lebih hemat berkali lipat.

Manfaat lain yang kami terima dari kebiasaan menampung hujan adalah pahala. Sering kali-karena kini jumlah tabungan air hujan melebihi kebutuhan-kami juga berbagi dengan tetangga untuk keperluannya yang bersifat primer. Betapa nikmatnya. Hanya dengan air, kita bisa menebar kebaikan kepada sesama. Bukan itu saja, juga dapat mempererat tali silahturahmi dengan tetangga.

Kami juga selalu menyimpan air hujan untuk membilas pakaian, termasuk seragam sekolah. Inilah salah satu manfaat langsung yang saya rasakan. Alasannya, bila menggunakan air sumur mungkin nilai kebersihan saya di sekolah tak akan pernah bagus. 

Pasalnya, mencuci pakaian putih hanya menggunakan air gambut akan membuatnya bertambah warna. Belang sana, belang sini tak beraturan, yang jelas tak seindah baju sablonan atau Batik Pekalongan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun