Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pikun Kok Agresif?

24 Juli 2015   13:37 Diperbarui: 24 Juli 2015   14:40 2045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam seminggu saya praktek setiap hari di RS OMNI Alam Sutera kecuali Minggu. Dalam seminggu tersebut ada sekitar 3-5 pasien usia di atas 65 tahun yang saya tangani. Pasien lanjut usia atau geriatri ini kebanyakan datang bersama keluarganya walaupun ada pasien saya wanita usia 70 tahun dan laki-laki usia 81 tahun yang datang sendiri tanpa ditemani keluarga. Kasus yang paling sering terjadi pada kasus-kasus lanjut usia (lansia) ini biasanya berkaitan dengan depresi dan penyakit pikun alias demensia. Pada kesempatan kali ini akan saya bahas masalah yang berkaitan dengan penyakit pikun (demensia). Kasus yang akan saya tampilkan adalah ilustrasi dari apa yang biasa didapatkan di dalam praktek sehari-hari.

Kasus 1. Ini bukan rumahku

Seorang wanita usia 73 tahun datang diantar oleh kedua anak perempuannya. Keluarga mengatakan pasien pernah keluar rumah di malam hari saat semua tidur. Untungnya di pagi hari ditemukan oleh pekerja kebersihan yang sedang menyapu lantai di sekitar perumahan tersebut. Saat ditanyakan kepada pasien, pasien mengatakan saat ditemukan bahwa dia sedang mencari rumahnya. Perilaku ini baru pertama kali dilakukan pasien. Sebelumnya memang sering kali pasien bangun di jam 1 atau 2 pagi dan mengatakan bahwa saat itu dia tidak berada di rumahnya dan meminta perawatnya untuk membawa dia ke rumahnya. Walaupun sudah berkali-kali dikatakan oleh keluarga bahwa ini adalah rumahnya, pasien tetap merasa tidak percaya.

Pasien merupakan orang yang aktif dulunya. Bekerja di toko sendiri sampai usia 60an dan akhirnya memutuskan berhenti karena sudah sering kali merasa lelah jika ikut menjaga toko. Tidak ada riwayat diabetes atau gula darah yang naik. Hipertensi atau darah tinggi terkontrol dengan obat sudah sejak 10 tahun yang lalu. Tidak ditemukan riwayat depresi atau gangguan kejiwaan saat usia muda. Mulai mengalami kemunduran pikiran sejak sekitar 5 tahun belakangan diawali oleh mulai lupa akan barang yang ditaruh sebelumnya. Satu tahun belakangan ini sering kali bersikap agresif kepada perawatnya. Sering kali menuduh perawat mengambil uang pasien (padahal tidak demikian adanya). Keluarga menghubungkan kondisi ini dengan adanya peristiwa terkait masalah rumah tangga yang dialami oleh salah satu anaknya. Namun semakin hari kondisi pasien makin kurang baik sampai akhirnya dibawa ke saya karena hilang dari rumah.

Kasus 2. Anakku ingin meracuni aku!

Pasien wanita 70 tahun dengan kondisi kurus. Berat badan 40kg dengan tinggi badan 155cm. Keluarga yang mengantar mengatakan sudah beberapa bulan ini sulit makan dan lebih agresif secara verbal kepada keluarga. Sering merasa dirinya akan diracuni oleh keluarga. Pasien masih berusaha memasak makanannya sendiri walaupun sering lupa untuk masakan apa yang akan dimakannya. Pasien dikatakan keluarga sering bersikap agresif secara verbal kepada sekitarnya. Pasien sering menuduh bahwa akan ada yang akan meracuni dia. Selain itu juga sering kali bercerita adanya tamu-tamu yang mengunjungi pasien padahal tamu yang dimaksud pasien tersebut adalah saudara-saudara pasien yang sudah meninggal.

Pasien sejak muda merupakan ibu rumah tangga. Mempunyai 5 orang anak dan saat ini tinggal di rumahnya sendiri dengan pembantu dan anak paling kecilnya. Sering "digilir" untuk tinggal dengan anaknya yang sering kali malah membuat makin agresif karena pasien merasa kebingungan dengan apa yang dihadapi tiap pindah rumah.

Gangguan Perilaku dan Perasaan pada Demensia

Kasus-kasus di atas sedikit banyak menggambarkan adanya masalah perilaku dan pikiran serta sering juga perasaan pada pasien yang mengalami demensia. Pasien dengan masalah demensia sering dianggap pikun biasa sampai akhirnya mengalami gangguan perilaku. Sangat jarang dalam praktek ditemukan pasien dengan masalah gangguan demensia yang sangat awal. Kebanyakan keluarga akan membawa pasien ke psikiater atau dokter saraf jika sering mengalami gangguan perilaku.

Beberapa kali juga sering menemukan keluarga pasien mencoba mengkaitkan masalah gangguan perilaku pada kasus demensia dengan stresor yang dialami pasien, yang bahkan sudah terjadi sejak pasien muda. Hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh karena kalau kita melihat tidak semua orang dengan masalah depresi atau banyaknya tekanan hidup di waktu muda akan pasti menjadi demensia di hari tuanya.

Hal yang patut menjadi perhatian adalah masalah medis umum. Diabetes atau penyakit gula dan riwayat stroke adalah kondisi yang sangat erat dengan demensia. Angka kejadian demensia pada pasien diabetes lebih meningkat daripada populasi lansia normal. Riwayat stroke juga dapat memicu terjadinya demensia vaskuler yang biasanya terjadi pada pasien pasca stroke terutama stroke yang berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun