Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Malingering" atau Berpura-pura Sakit Bukan Sebuah Gangguan Jiwa

18 November 2017   18:21 Diperbarui: 19 April 2022   01:07 3571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Malingering tidak dianggap sebagai gangguan jiwa. Buku Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental atau DSM-5 edisi terakhir terbitan American Psychiatric Association menyatakan malingering menerima kode V sebagai salah satu kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis. Motivasi untuk malingering biasanya bersifat eksternal misalnya menghindari tugas militer atau pekerjaan, mendapatkan kompensasi finansial, menghindari tuntutan pidana, atau mendapatkan obat-obatan terlarang.

Jadi malingering adalah perilaku yang disengaja untuk tujuan eksternal yang diketahui. Ini tidak dianggap sebagai bentuk gangguan jiwa atau psikopatologi, meski bisa terjadi dalam konteks gangguan jiwa lainnya.

Latar Belakang

Menurut DSM-5, malingering harus dicurigai dengan adanya kombinasi dari hal-hal berikut ini:

  1. Masalah medikolegal (misalnya seorang pengacara merujuk pasien, seorang pasien mencari kompensasi karena cedera).
  2. Perbedaan yang ditandai antara gejala yang dikeluhkan dan temuan objektif.
  3. Kurangnya kerjasama selama evaluasi dan dalam mematuhi perlakuan yang ditentukan.
  4. Adanya gangguan kepribadian antisosial.

Malingering sering dikaitkan dengan gangguan kepribadian antisosial dan ciri kepribadian histrionik. Pengamatan langsung yang berkepanjangan dapat mengungkapkan bukti berkelit karena sulit bagi orang yang berkomplot terkait malingering untuk menjaga konsistensi dengan klaim palsu atau berlebihan untuk waktu yang lama. Orang yang sedang berpura-pura biasanya tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana harus bersikap dalam menjaga kelainan pura-pura itu agar tampak benar-benar sakit.

Wawancara dan pemeriksaan yang berkepanjangan terhadap seseorang yang dicurigai adanya kelainan malingering dapat menyebabkan kelelahan dan mengurangi kemampuan orang yang sedang malingering untuk mempertahankan tipuan tersebut. Urutan pertanyaan yang cepat akan meningkatkan kemungkinan tanggapan yang kontradiktif atau tidak konsisten.

Misalnya pada orang yang melakukan kelainan psikotik, dia sering membesar-besarkan halusinasi dan delusi tapi tidak bisa meniru gangguan proses pemikiran formal. Mereka biasanya tidak dapat berpura-pura meniru afek tumpul khas pasien psikotik dan ganguan berpikir konkret. Mereka sering menganggap bahwa amnesia dan disorientasi adalah ciri psikosis.

Gambaran Keluhan, Pemeriksaan Fisik dan Mental

Orang malingering biasanya keluhannya berlebihan dan tidak sesuai dengan yang biasanya dikeluhkan pasien pada umumnya. Mereka juga sering kali menyatakan ketidaksetujuan jika dianggap keluhannya tersebut tidak sesuai anatomis fisiologis yang dipahami dalam dunia kedokteran. Jika diberikan obat pun terkadang orang yang malingering menunjukkan respon yang tidak sesuai. 

Pada Pemeriksaan Status Kejiwaan bisa dijumpai :

  1.  Sikap pasien terhadap dokter pemeriksaan seringkali tidak jelas atau mengelak.
  2.  Suasana hati mungkin mudah tersinggung atau bermusuhan.
  3.  Isi pikir ditandai dengan sibuk merujuk terus menerus atau "keasyikan" dengan penyakit yang diklaim atau cedera.

Meskipun neuroimaging tidak dapat digunakan untuk penilaian diagnostik, subjek yang diinstruksikan untuk melakukan dengan sengaja pada tes kognitif seolah-olah mereka menderita cedera otak akibat gangguan memori, menunjukkan aktivasi yang lebih besar pada korteks prefrontal superior dan medial saat berpura-pura cedera dibandingkan dengan kinerja optimal. Pola spasial mengisyaratkan bahwa otak yang melakukan malingering harus berusaha lebih keras untuk mengingat jawaban yang benar dan untuk menekannya. Ini tentunya harus dikonfirmasi oleh dokter saraf dan dokter radiologi yang kompeten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun