Mohon tunggu...
tiwichan_
tiwichan_ Mohon Tunggu... Guru - Seorang hamba Allah

Tenang, ada Allah :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Pembawa Harapan Masa Depan

6 Maret 2020   17:39 Diperbarui: 6 Maret 2020   17:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemuda adalah pembawa harapan masa depan, merekalah pejuang estafet peradaban. Di gengamannya lah masa depan bangsa dan negara terlukiskan. Dimana pemudalah yang akan mengeluarkan negeri dari segala kerumitan persoalan. 

Dengan kekuatan gelora muda, akankah arah perjuangan untuk membangun negeri yang dituju, atau memilih tetap rebahan dan bermalas-malasan sambil menikmati arus mekanisme kehidupan yang ada.

Wahai pemuda jaman now? Dimana kau kan letakkan jiwamu? Apakah untuk menyambut sebuah perjuangan dalam menata kehidupan atau memilih sibuk dengan urusan pribadi dan menutup mata dari semua realita? Segudang potensi, ketangguhan diri dan umur belia dimiliki pemuda sebagai amunisi perjuangan dan perubahan. 

Fisik pemuda pastinya lebih kuat dan mampu memilkul beban kekinian. Terlebih lagi, dengan terlahir sebagai digital native di era milenial saat ini jangan sampai membuat pemuda salah arah dalam memaknai kehidupan. Terjebak dengan aplikasi yang memperdayakan. Mencari status diri dan materi dari keberadaannya di dunia virtual. Besarnya potensi milenial pun terbajak dan lumpuh dalam mesin mesin pintar yang mereka buat sendiri.

Pemuda harapan yang dinanti menjelma menjadi mesin pencetak uang yang tak kenal dengan carut marut negeri, boro boro berfikir tentang menjadi estafet generasi dan pewaris peradaban selanjutnya. Dirinya sendiri sibuk mencari nilai yang tak berarti dan kambing hitam sosial media. Inilah realita yang harus dihadapi dan menjadi PR besar yang harus ditanggung bersama.

Dengan kondisi pemuda yang kian hari terpapar sekulerisme, kapitalisme, kebejatan moral meningkat dan LGBT semakin membumi, output pendidikan yang hanya mencari remah remah materi, kondisi politik yang jelas dirakusi oleh orang yang berhasyrat pada kekuasaan, masyarakat yang semakin apatis dan hanya lebih condong kepada pragmatisme yang memberikan nilai materi tanpa memandang sisi kemanusiaan apalagi agama.

 Lalu? Masih sepakat estafet peradaban diwariskan ke pemuda? Ya tentu saja, memangnya mau siapa lagi?

Sekali lagi ini adalah PR besar bagi kita semua. Wahai pemuda, dimanakah hatimu akan berlabuh? Harus ada cara kekinian untuk menjemput hati para pemuda. Membuka mata mereka, hati mereka, pikiran mereka, telinga mereka agar peka dengan kondisi yang terjadi hari ini.

Lantas pemuda pun harusnya digiring untuk mencari tahu kenapa semua kerusakan ini bisa terjadi dan yang paling penting apa yang harus dilakukan pemuda untuk menjawab semua problematika yang telah terjadi. 

Maka pemuda butuh ngaji. Mengkaji dan mencari tahu apa saja yang harus mereka pahami dalam kehidupan mereka agar selamat sampai tujuan. Tujuan kita sama, kembali kepada Nya dan ditempatkan di sebaik sebaik tempat kembali.

Maka pemuda harus mengenali hakikat dirinya dan berjalan dengan tatapan yang lurus kedepan, dengan visi menerawang jauh ke negeri akhirat. Dengan begitu pemuda akan menjadi generasi yang hati hati, mereka akan sellu ingat bahwa setiap perkaranya akan dipertanggung jawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun