Mohon tunggu...
Operariorum
Operariorum Mohon Tunggu... Buruh - Marhaenism

Operariorum Marhaenism, merupakan Tulisan-tulisan mengenai ditindasnya orang Minoritas didalam realitas dan pola-pola diskriminasi yang dilakukan oleh pemilik otoriter, korporat dan kapitalissecara semenang-menang dan tidak adanya keadilan bagi kaum maniver mikro.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apriori Politik

28 Februari 2021   08:05 Diperbarui: 28 Februari 2021   08:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peran ini serupa dengan apa yang dihubungkan oleh Gada- mer pada hermeneutika filosofis: Dalam komunikasi sehari-hari, interpretasi kognitif, harapan moral, ekspresi dan evaluasi tidak bisa saling melengkapi dan saling menginterpretasi. Untuk mencapai pemahaman dalam dunia kehidupan menuntut tradisi kultural yang melintasi spektrum keseluruhan (whole spectrum), bukan hanya sains dan teknologi. Sejauh menyangkut filsafat, mungkin baik untuk memperbarui lagi hubung- annya dengan totalitas melaui peran interpreter atas nama dunia kehidupan. Maka, peran ini dapat membantu menggerakkan saling-

EKSPRESIVISME, PRAGMATISME DAN GENEALOGI

Esai-esai yang ditulis Dreyfus, Foucault dan Rorty memperkenalkan serangkaian isu dan berbagai tantangan terhadap teori inter- pretif yang muncul dari perspektif pemikir 'dekonstruksionis' atau genealogis dan pragmatis. Artikel Dreyfus barangkali bisa disebut paling penting dalam hal ini. Betapa tidak, dalam artikelnya itu Dreyfus tidak hanya berhasil mengidentifikasi beberapa perbedaan penting dalam teori interpretasi, sekaligus juga mampu mengidentifikasi poin-poin persamaan dan perbedaan antara teori interpretasi dengan genealogi. tekanan yang terjadi pada konsepsi awal Heidegger tentang Dreyfus memulai uraiannya dengan menelusuri pergeseran

hermeneutika dalam Being and Time. Bagian I dari Being and Time membahas secara khusus hermeneutika keseharian (Hermeneutics of everydayness). Dalam praktik-praktik keseharian, herada . Padahal dalam praktik keseharian itulah kita selalu melakukan interpretasi. Interpretasi bukanlah sistem keper- cayaan yang diperoleh secara kognitif, yang dapat kita pisahkan dari lokasi di mana praktik keseharian itu dilakukan. Sebab, makna-makna senantiasa melekat pada dan di dalam praktik itu sendiri. Inilah apa yang disebut oleh Dreyfus sebagai pemahaman primordial. Pemahaman ini selaras dengan apa yang disebut Taylor sebagai 'makna-makana intersubjektif'. Melalui hermeneutika keseharian, pemahaman primordial ini bisa diungkapkan. Tetapi, ada kebenaran yang lebih dalam yang hendak diungkap dari analisis eksistensial Heiddeger oleh ketiga pemikir tersebut. Menurut Dreyfus, kebenaran ini ada pada bagian II seringkali kita lupa memperhatikan dunia tempat dimana kita Being and Time yang diejawantahkan dalam hermeneutika kecurigaan (hermeneutics of suspicion). Interpretasi yang kita lakukan dalam praktik keseharian menjadi sebuah tabir. Tabir inilah yang menutupi kita dari fakta bahwa ia sendiri adalah sebuah interpretasi yang tidak memiliki akar lain selain praktik itu sendiri. Ketidakberakaran (rootlessness) ini biasanya dirasakan secara sangat samar oleh manusia. Kesamaran ini sering memunculkan resistensi atau keengganan para interpreter untuk mengakuinya. Dalam hal ini Dreyfus mengatakan: 'Alih-alih. berusaha struktur umum status menafsir diri sendiri, fenomenologi hermeneutika transendental malah mengklaim mampu memaksakan kebenaran substantif umat manusia. Yang benar, yang disembunyikan oleh semua kultur di segala zaman, adalah bahwa manusia tidak pernah bisa merasa nyaman hidup di dunia.' menyusun

Ada beberapa hal cukup penting dan menarik perhatie artikel Dreyfus, yakni isu pertelingkahan antara ekspresivisme dengan genealogi. Pertama, ketidakberakaran (rootlessness) yang pada awalnya digolongkan Heidegger sebagai kondisi transendental dan eksis. tensial umat manusia modern, kini menjadi respon manusia modern atas praktik teknologis dan pemahaman tentang dunia- nya sendiri. Kedua, Heidegger mencoba menyejarahkan hermeneutika keseharian untuk menunjukkan bagaimana masing- masing interpretasi menjadi sebuah penyingkapan dan penyembunyian yang masing-masing membuka beberapa kemungkinan dan menutupi kemungkinan yang lain. Pertanyaan berikutnya, sebagaimana dinyatakan Dreyfus, adalah bagaimana sebuah pemahaman bisa muncul?; bagaimana bisa pemahaman tertentu melibatkan lebih besar bahaya daripada keuntungannya?; dan bagaimana kemungkinan perubahannya? Ketiga, menurut Heidegger, adalah penting untuk meneliti masa-masa sebelumnya, karena masa-masa itu masih menyimpan keanehan yang muncul dari pemahaman teknologis kita terutama yang banyak tertuang dalam catatan pengendalian dan relief-reliefnya, Akhirnya, menurut pembacaan Dreyfus, Heidegger menawarkan sebuah asumsi kemungkinan keberakaran yang baru, sebuah penyesuaian dunia yang baru.

Dengan kemungkinan baru ini, manusia mungkin bisa mengatasi keterasingan dan ketercerabutan yang menjadi ciri utama kegelisahan modern. Dengan kemungkinan baru ei nula akan muncul sebuah artikulasi dari sebuah pemahaman baru, yang memungkinkan munculnya keramahan antara diri Dari perspektif genealogis, Foucault menegaskan bahwa kita tidak boleh menganggap pengetahuan sekadar mencerminkan atau menggambarkan dunia. Katanya "kita tidak seharusnya membayangkan bahwa dunia menghampiri kita dengan wajah yang dapat dibaca, membiarkan kita untuk sekadar melukiskannya. Lanjutnya, "tak ada takdir pradiskursif yang membuat dunia menguntungkan bagi kita".

Kita harus memahami wacana sebagai sebuah pelanggaran yang kita lakukan terhadap hal-hal (things). Dengan ata lain, ketika kita berwacana, otomatis kita telah melakukan praktik pemaksaan terhadap hal-hal itu yang kita wacanakan itu'. Satu-satunya jalan untuk menjelaskan keberhasilan suatu wacana pengetahuan tertentu adalah dengan menghubungkannya dengan jejaring kekuasaan (power). Di semua masyarakat, kuasa-pengetahuan (power-knowledge) berfungsi untuk memunculkan, meneguhkah dan mempertahankan kebenaran tertentu dan untuk memberangus kebenaran yang lain. Dalam masyarakat modern, produk kebenaran, dan fungsi kuasa pengetahuan terejawantahkan secara disipliner (misalnya dalan disiplin-disiplin ilmu terspesialisasi) dan normalisasi menuntut manusia sekaligus sebagai pelaku dan objek kuasa pengetahuan. Tugas genealogi, menurut Foucault, adalah menghubung. kan unit-unit masa sejarah dan ruang sosial tertentu dengan jejaring kuasa-pengetahuan spesifik di mana keduanya saling berjalin dan berkelindan.

Unit-unit diri, hubungan diri (seli dengan masyarakat dan diri dari masyarakat, bukan hanya seka. dar konvensi, tetapi konvensi yang menimbulkan praktik diri. perilaku seksual, kewarganegaraan,

kegilaan dan kesehatan. Praktik diri konvensional ini di dukung dan harus konsisten dengan pola kuasa-pengetahuan yang ada. Praktik diri itu kemudian dianggap sebagai gambaran diri, akal dan kebenaran yang harus diterima taken for granted sebagai kemungkinan eksistensi manusia terbaik. Di sinilah, genealogi berfungsi membongkar untuk menunjukkan bahwa semua itu hanyalah sebuah 'pembekuan atau pembakuan sejarah. Dengan kata lain, genealogi hendak memperlihatkan bahwa sebenarnya praktik kita tentang diri adalah hasil sebuah perkembangan yang kebetulan dan kontingen dan tidak pernah universal, yang dihadirkan pada kita dalam bentuk kebutuhan (needs).

Sebagaimana di tegaskannya: 'Genealogi nilai, moralitas, asketisisme dan pengetahuan tidak akan pernah menganggap pergantian sejarah sebagai tembok tebal dan tinggi yang tidak dapat ditembus. Genealogi akan menerobos dan membongkar detail dan aksiden yang menyertai setiap permulaan dari sebuah pergantian sejarah.' Episteme modern beroperasi melalui produksi subjek-subjek. Tugas genealogi dalam hal ini adalah menunjukkan bagaimana praktik episteme diri itu tidak lebih dari sekadar produksi-produksi dan konvensi-konvensi sesaat, dan tidak pernah bisa menyegala yang

zaman. Satu taktik yang digunakan geneologi untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menunjukkan bahwa tubuh (body) dibentuk oleh praktik kuasa-pengetahuan, menunjukkan bagaimana tubuh itu diorganisasi, disusun, diarahkan dan dimobilisasi. Singkatnya, geneologi menunjukkan bagaimana tubuh itu dijadikan sebagai sebuah instrumen (alat) disiplin untuk menciptakan subjek modern. Taktik ini akan memperlihatkan bahwa 'tubuh adalah penjara jiwa (prison of the soul)'.2" Dengan genealogi Foucault mengungkap pengetahuan pasien dalam karyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun