Mohon tunggu...
Prima Christin
Prima Christin Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa

do the best and let God do the rest

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penerapan Diet Keto

20 Agustus 2019   04:23 Diperbarui: 20 Agustus 2019   04:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ESAI ISU KEDOKTERAN

PENERAPAN DIET KETO

Zaman sekarang, banyak sekali masalah-masalah kesehatan di masyarakat yang terjadi. Masalah-masalah kesehatan ini tidak selalu hanya disebabkan karena kurangnya sanitasi atau kebersihan lingkungan yang dapat berujung kepada penyakit-penyakit infeksi menular, namun masalah-masalah ini juga dapat disebabkan oleh pola dan gaya hidup yang kurang baik. Pola dan gaya hidup yang kurang baik ini sering sekali menyebabkan penyakit-penyakit yang tidak menular, seperti obesitas, sindrom metabolik, penumpukkan kolesterol, penyakit-penyakit kardiovaskular, dan lain sebagainya. Bahkan, pada kenyataannya, di Indonesia sendiri, lebih umum ditemukan pasien dengan penyakit tidak menular daripada penyakit yang menular. Maka dari itu, tenaga kesehatan di Indonesia sudah banyak mengembangkan berbagai macam program kesehatan yang berfungsi untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu program kesehatan itu adalah dengan pengaturan diet yang merupakan salah satu bentuk dari pola hidup.

Sudah banyak diet yang disarankan kepada masyarakat. Diet-diet itu juga dipilih berdasarkan masalah yang dialami oleh suatu individu. Salah satu diet yang sekarang sering dijalankan dan disarankan diet keto.

Diet keto adalah diet yang menunya adalah 70% lemak, 25% protein dan 5% karbohidrat tanpa gula yang berfungsi untuk memicu proses ketosis guna membakar lemak dan mendukung proses penuruan berat badan.. Diet ini secara tidak sengaja pertama kali ditemukan pada tahun 1920 untuk membantu pasien epilepsi pada saat itu. Namun, pada tahun 1972, dr. Robert C. Adkins berhasil merangkum diet tersebut di dalam bukunya dan diet itu dinamakan Diet Adkins. Seiring berjalannya waktu, Diet Adkins berubah menjadi Diet Keto. Diet keto biasa disarankan untuk mengatasi keadaan obesitas  ataupun penyakit diabetes melitus tipe 2.

Banyak kegunaan yang dapat kita dapatkan dari diet keto ini. Dalam beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, diet keto sangat efektif tidak hanya dalam menangani obesitas[1], tapi juga diabetes melitus tipe 2, sindroma ovarium polikistik, penyakit neurologi, dan kanker[3]. Selain itu, diet ini juga dapat meningkatkan kualitas kulit [4], menurunkan nafsu makan yang berlebihan[5], dan menurunkan kadar kolesterol total dalam darah[2].

Namun, apabila diet ini tidak disupervisi dengan baik dan hanya dijalankan tanpa regulasi yang rutin, maka akan timbul efek-efek samping yang tidak diinginkan. Salah satu efek samping yang terjadi ialah keadaan ketosis. Ketosis merupakan keadaan dimana tubuh seseorang memiliki kadar badan keton, sumber energi utama tubuh pada diet ini, yang lebih dari kadar normal. Ketosis ini dapat berakar menjadi berbagai macam jenis efek samping, seperti konstipasi, diare, denyut jantung yang meningkat, keto breath (keadaan dimana nafas seseorang berbau keto), berkurangnya stamina dan kebugaran tubuh.

Uniknya diet ini menimbulkan banyak pemikiran-pemikiran baru dari masyarakat. pemikiran-pemikiran ini melahirkan mitos-mitos yang baik dapat terdengar logis maupun tidak. Yang pertama, ada beberapa orang yang berpikir bahwa diet keto dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dikarenakan menu utamanya yang merupakan lemak. Padahal, sebenarnya pola diet keto ini justru dapat meningkatkan utilisasi lemak dalam tubuh, sehingga tubuh akan terbiasa membakar lemak. Hal inilah yang menyebabkan diet keto justru dapat menurunkan kadar lemak dalam darah.

Mitos kedua, banyak orang yang berpikir bahwa diet keto merupakan diet yang memerlukan dana yang banyak untuk dilakukan. Sebenarnya, memang sedikit sulit untuk memilih makanan-makanan yang tepat untuk diet ini. Akan tetapi, banyak variasi makanan yang tidak memerlukan uang banyak yang dapat dipakai untuk memenuhi diet ini. Tentunya akan lebih bijak apabila pasien berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter atau pengatur dietnya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa diet keto sebenarnya merupakan diet yang patut untuk dicoba, terutama bagi orang-orang obesitas, sindroma metabolik, dan penyakit-penyakit metabolik tidak menular lainnya. Namun, semua usaha peningkatan status kesehatan tetap tidak akan berjalan dengan baik apabila pasien tidak mendapatkan bimbingan yang baik pula. Dokter sebagai salah satu staf medis berperan dalam menuntun pasien dalam menjalankan program ini. Dokter harus benar-benar mempertimbangkan keadaan pasien secara fisik, ekonomi, dan psikis, dalam menentukan setiap langkah dan pilihan yang akan diambil sebelum menjalankan program ini. Dengan begitu, diet keto dapat membuahkan hasil yang baik dan meningkatkan status kesehatan dalam masyarakat.

REFERENSI:

  • Bueno NB, de Melo IS, de Oliveira SL, da Rocha Ataide T.Very-low-carbohydrate ketogenic diet v. low-fat diet for long-term eight loss: a meta-analysis of randomised controlled trials. Br J Nutr. 2013 Oct [cited 2019 Aug 17];110(7):1178-87. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/23651522/
  • Kosinski C, Jornayvaz FR. Effects of Ketogenic Diets on Cardiovascular Risk Factors: Evidence from Animal and Human Studies. Nutrients. 2017 May [cited 2019 Aug 17];9(5):517. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC54542247/#__ffn_sectitle
  • Paoli A, Rubini A, Volek JS, Grimaldi KA. Beyond weight loss: a review of the therapeutic uses of very-low-carbohydrate (ketogenic diets). Eur J Clin Nutr. 2014 May 7 [cited 2019 Aug 17];68(5):641. Available from: https://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3826507/
  • Smith RN, Mann NJ, Braue A, Makelainen H, Varigos GA. The effect of a high-protein, low-glycemid load diet versus a conventional, high glycemic-load diet on biochemical parameters associated with acne vulgaris: A randomized, investigator-masked, controlled trial. Journal of the American Academy of Dermatology. 2007 April 20 [cited 2019 Aug 17]. Available from: https://www.jaad.org/article/S0190-9622(07)00414-8/fulltext
  • Sumithran P, Prendergast LA, Proietto J. Ketosis and appetite-mediating nutrients and hormones after weight loss. European Journal of Clinical Nutrition. 2013 May 1 [cited 2019 Aug 17];67:759-64. Available from: https://www.nature.com/articles/ejcn201390

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun