Mohon tunggu...
Putri Rizky L.
Putri Rizky L. Mohon Tunggu... Lainnya - Joki Traktor di Tempat Magang

Penyuka random things. Doyan jalan-jalan meski belum jauh-jauh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelaran Kendhitan Sri Pertiwi, Terima Kasih kepada Bumi dari Tanah Salatiga

24 April 2022   21:28 Diperbarui: 24 April 2022   21:35 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen tim Inisiasi Sri Pertiwi, 2022)

Ada yang berbeda di teras depan kafe 1915 Arts Koffie Huis Salatiga, Kamis (22/04) sore lalu. Serombongan pegiat seni budaya dan lingkungan berpakaian serbaputih tengah bersiap memulai gelaran bertajuk Kendhitan Sri Pertiwi. Diprakarsai oleh tim Inisiatif Sri Pertiwi, kegiatan ini berlangsung untuk memaknai rasa syukur, serta welas asih kepada bumi. Bertepatan dengan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April tersebut, peserta Kendhitan Sri Pertiwi khusyuk memadu rasa dengan atmosfir kota Salatiga yang sejuk. Berkesempatan untuk berbincang santai dengan Mbak Anggi, salah satu tim sekaligus peserta Kendhitan Sri Pertiwi, mari ikuti perjalanan spiritual dibalik makna dalam dari Kendhitan Sri Pertiwi ini.

Kendhitan Sri Pertiwi, 'Menyentuh' Rasa dan Karsa dari Sang Pencipta

Berbicara menyoal kegiatan ini, banyak makna mendalam dan begitu intens yang menarik untuk diketahui bersama.  Mengambil tema "Laku Banyu" atau "Jalannya (mengalirnya) Air" di tahun 2022 ini, dimaksudkan agar bagaimana kita selaku umat manusia memahami dan mengikuti aliran air dan berupaya menyimpannya di dalam tanah untuk menumbuhkan kehidupan. Menurut penuturan tim Insiatif Sri Pertiwi, salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan menyimpan air dalam tanah dengan menanam pohon sehingga membentuk lanskap berpohon di berbagai lokasi yang memungkinkan. Gelaran dimulai dengan pembukaan dilanjutkan dengan lantunan langgam Jawa oleh Mas Athan, seorang dhalang muda dari Salatiga. Selanjutnya sebuah bejana antik dari masa dinasti Tang koleksi Om Tito dari 1915 Arts Koffie Huis yang melambangkan Sri Pertiwi, penghormatan agung kepada bumi sebagai sumber kehidupan dari Sang Pencipta diangkat dan di-kendhit atau digendong oleh seorang perempuan. Dalam bahasa Jawa, kendhitan, dari asal kata kendhit, bermakna selendang kecil untuk menggendong, biasa untuk menggendong bayi, anak, atau barang yang dirasa perlu ditempatkan pada sekitaran dada atau punggung yang nantinya akan aman. Sri Pertiwi dibawa menuju Kali Lanang, Kampung Kalitaman dipandu oleh Ibu Titik selaku cucuk lampah; atau 'penunjuk' jalan.

Prosesi pengendhitan, menggendong
Prosesi pengendhitan, menggendong "Sri Pertiwi" (dokumentasi tim Inisiasi Sri Pertiwi, 2022) 

Menurut tim Inisiasi Sri Pertiwi, Kendhitan Sri Pertiwi adalah serangkaian kegiatan berupa proses laku spiritual dengan simbol-simbol tersebut yang mana nantinya simbol-simbol tersebut akan dibawa dan diletakkan pada sebuah lokasi sesuai dengan tema. 

Kegiatan tahun ini mengambil lokasi di Kali Lanang, Kampung Kalitaman, sebuah mata air di pusat kota Salatiga sebagai sentra kegiatan sekaligus mengajak masyarakat kota Salatiga untuk memaknai air yang mengalir laksana urat nadi bumi, sekaligus merawat rasa dan karsa dari Sang Pencipta.

Prosesi Persiapan Pembawa Sri Pertiwi (Dokumentasi tim Inisiasi Sri Pertiwi, 2022)
Prosesi Persiapan Pembawa Sri Pertiwi (Dokumentasi tim Inisiasi Sri Pertiwi, 2022)

Merawat Air, Merawat Bumi

Selain gelaran teatrikal sarat makna diawal kegiatan, Kendhitan Sri Pertiwi juga mewadahi perupa Salatiga untuk unjuk kebolehan di Zero Point Kalitaman berupa pembuatan mural dan grafiti bernuansa lingkungan. Selain itu, terdapat pula pertunjukan musik dan diskusi ringan yang diikuti oleh masyarakat sekitar dengan mengindahkan protokol kesehatan mengingat saat ini pandemi masih mendera.

Lewat karya-karya yang tersampaikan pada rangkaian kegiatan Kendhitan Sri Pertiwi, pegiat ingin mengingatkan kita untuk selalu menjaga bumi dengan upaya-upaya sederhana yang dapat dilakukan sehari-hari, seperti menjaga kebersihan lingkungan, sebisa mungkin untuk mengurangi sampah rumah tangga, penggunaan plastik, dan juga memperhatikan kebersihan mata air seperti pada lokasi Kali Lanang, Kampung Kalitaman Salatiga karena sudah sejak zaman Kolonial, Kampung Kalitaman dan Pancuran didesain sebagai lokasi pengairan di kota Salatiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun