Mohon tunggu...
Putri Rizky L.
Putri Rizky L. Mohon Tunggu... Lainnya - Joki Traktor di Tempat Magang

Penyuka random things. Doyan jalan-jalan meski belum jauh-jauh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berduka Memang Berat, tetapi Mengurai Luka Hanya Memperparah Keadaan

22 Februari 2020   00:55 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:14 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(photo by Annie Spratt, via unsplash.com)

Baru beberapa hari lalu, suami dari penyanyi kenamaan Indonesia Bunga Citra Lestari (BCL) meninggal dunia. Ashraf Sinclair, meninggal dunia di usia 40 tahun dan meninggalkan seorang putra bernama Noah. 

Padahal, beberapa jam sebelum Ashraf dinyatakan meninggal dunia, kita mungkin sedang menyaksikan BCL sedang menjuri di sebuah ajang pencarian bakat menyanyi yang disiarkan oleh sebuah stasiun swasta nasional. 

Malam hari acara tersebut tayang, lantas paginya merebak kabar duka dari keluarga BCL. Sepanjang kabar tersebut beredar, kedukaan keluarga BCL menjadi sebuah berita besar dan seluruh masyarakat dipastikan telah melihat setiap inci prosesi, bahkan setiap sesi (bisa dikatakan demikian) informasi tersebut. 

Mulai dari waktu, penyebab kematian, prosesi pemakaman, pengajian, keadaan BCL dan Noah, mungkin harta warisan dan peninggalan atau cerita sana-sini di balik meninggalnya Ashraf.

Seperti pula saat berita meninggalnya istri komedian Tanah Air, Sule, beberapa waktu yang lalu, bisa dikatakan, publik tahu segala hal tentang berita tersebut. 

Kematian sudah menjadi fase mutlak pada kehidupan manusia dalam keyakinan apapun. Saya dan Anda, tentu (mungkin) pernah merasakan kedukaan. 

Ditinggalkan oleh orang terkasih yang selama ini selalu ada untuk selama-lamanya, menjadi sebuah pesakitan tersendiri dan mungkin saja menorehkan sebuah luka dan trauma,  meski hati ini sudah barang tentu dilatih untuk mengikhlaskan kepergian mendiang.

Tenggang Rasa Fisik dan Mental
Bagi masyarakat Indonesia yang 'katanya' masih menjunjung tinggi tenggang rasa, dalam hal kedukaan seyogianya kita mestinya dapat saling menguatkan walau tiada ikatan kekerabatan sekalipun. 

Saya yakin, orang Indonesia pasti masih saling bantu untuk urusan kematian, seperti laiknya pada pernikahan dan hajatan lain. 

Kita bisa membantu merapikan rumah untuk menyambut jenazah, seperti memasang tenda dan kursi bagi pelayat, mengurusi perlengkapan proses kubur, atau juga menyediakan konsumsi mulai dari air minum hingga menggantikan tuan rumah untuk memasak makanan berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun