Mohon tunggu...
Priyo Widiyanto
Priyo Widiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Papan Kanggo Olah Rogo lan Roso. Edukatif dan Teraputik.

Seorang peziarah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pembelajaran Daring Under Cover

10 November 2020   19:31 Diperbarui: 10 November 2020   19:44 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah sekolah menengah atas cukup elit yang sangat menjaga tumbuh kembangnya  moralitas di lingkungan sekolahnya, dalam  masa pandemi Covid-19 saat ujian/ulangan meminta muridnya untuk masuk sekolah, dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Sebagai sekolah elit, siswanya tentu tidak kesulitan membawa laptop dan  HP tercanggih. Satu meja, satu murid, dan satu laptop adalah pemandangan biasa di sekolah tersebut. Semua gurunya, yang kebanyakan masih muda, juga memiliki literasi digital cukup tinggi.

Pada saat ulangan Matematika, sebuah  layar laptop yang ada di depan salah satu siswa bergerak sendiri sedangkan posisi tangan siswa tidak menyentuh laptop. Guru pengawas ujian yang memiliki literasi digital tinggi dari kejauhan menaruh kecurigaan, apa yang terjadi pada laptop siswa, mengapa  layar laptop bergerak sendiri. 

Laptop ini tentu ada yang menggerakan, ada kemungkinan digerakan dari jarak jauh, tetapi buktinya mana kalau laptop itu digerakan dari jarak jauh ? Karena si siswa bisa secepat kilat meletakan jari-jarinya di atas keyboard laptop. Ternyata, guru leslah yang menggerakkan laptop dari rumah dengan aplikasi  Client-Server. 

Di  sekolah papan atas, ketidakjujuran mengerjakan tugas-tugas sekolah diwujudkan dengan penggunaan teknologi yang canggih. Oleh karena itu, banyak sekolah papan atas melengkapi fasilitas aplikasi Turnitin untuk memeriksa tugas-tugas siswa.

Penggunaan Zoom dalam pembelajaran daring tentu sudah umum. Akan tetapi, menjadi menarik ketika ditelisik bagaimana perilaku siswa di balik penggunaan Zoom tersebut. Salah satu contoh, pelajaran sudah  berakhir, tetapi siswa tidak leave. Guru menunggu sampai satu jam dan akhirnya guru menelpon orang tuanya, "Apakah anaknya mengikuti pelajaran pagi ini ?" 

Dengan tegas orang tua menjawab, anaknya masuk kelas, dia belajar di kamarnya. Si guru meminta orang tuanya untuk menengok anaknya di kamar. Ternyata si anak tidur mendengkur. Dalam pertemuan dengan Zoom, banyak terjadi siswa  setor wajah sejenak, setelah itu meninggalkan nama. Kamera dan audio di-off-kan. Ke mana si siswa ?

Di sisi lain, di sebuah sekolah yang serba terbatas, baik ketersediaan laptop, HP, dan jaringan internet, maupun literasi digital murid, orang tua, dan guru, membuat suasana belajar daring dipenuhi oleh dinamika alasan HP rusak, jaringan jelek, HP hanya satu. Di pihak guru pun, meski ada banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk media pembelajaran, tetapi para guru lebih banyak menggunakan Whatsapp sebagai media pembelajaran. 

Hal itu dilakukan guru tentu  karena kemudahaannya sehingga tidak menuntut literasi digital yang tinggi, baik pada pihak guru maupun siswa. Para guru dari sekolah yang serba terbatas ini bercerita, bagaimana ketidakjujuran siswa berkembang, bila pada awal pandemi ketidakjujuran itu diwujudkan dengan copy paste jawaban antarteman dari satu kelas. Saat ini ketidakjujuran sudah meluas antarsiswa antarkelas. 

Banyak siswa yang jujur saat pembelajaran luring, menjadi ikut ikutan tidak jujur saat daring, karena mereka berkeyakinan teman-temannya juga tidak jujur. Tentu di sekolah serba terbatas ini tidak mungkin menyediakan program aplikasi  Turnitin untuk memeriksa tugas-tugas siswa, yang mungkin melakukan plagiasi. 

Mungkin gurunya juga belum mendengar program aplikasi tersebut. Siswanya juga tidak mungkin menggunakan aplikasi Client-Server, tetapi apakah siswa di sekolah serba terbatas ini tidak bisa mencari pengganti aplikasi Client-Server?Tentu saja bisa, mereka menggunakan fasilitas foto yang ada di HP. Foto soal-soal ujian/tugas dan dikirim ke guru lesnya memakai program WhatSapp.

Kita semua tentu sudah banyak mendengar kabar berkaitan dengan ketidakmampuan orang tua mendampingi anaknya belajar di rumah. Oleh karena ketidakmampuan tersebut, yang dilakukan orang tua siswa adalah marah-marah atau mengamuk pada anak-anaknya. Di sisi lain sebagian orang tua juga dikambing hitamkan oleh anaknya. Ketidakmampuan anak mengikuti proses pembelajaran daring, kesalahannya ditimpakan pada orang tuanya. 

Anak bisa mengatakan, dirinya disuruh kerja, mengasuh adik, belanja oleh orang tuanya.  Ini terjadi pada siswa-siswa yang ekonominya serba terbatas. Di kelompok masyarakat yang uang tidak menjadi masalah, masa pandemi ini menjadi lahan subur bagi guru privat yang memiliki kesiapan tinggi mendampingi siswa di rumah selama satu bulan penuh. Gaji mereka pun cukup menggoda, sekitar 3-4 kali UMR per bulan, dengan fasilitas kamar tidur, makan 3 kali sehari. Pokoknya hidup nyaman pada masa pandemi ini.

Dari beragam peristiwa di atas tampak nyata bahwa pembelajaran daring membuka peluang tumbuh sumburnya ketidakjujuran pada sebagian siswa. Ini membuka peluang terjadinya kegagalan pembentukan karakter siswa sedangkan dalam proses pendidikan unsur terpenting adalah tersampaikannya nilai-nilai edukatif dan moralitas. Kegagalan menyampaikan pesan-pesan tersebut menjadi awal kehancuran membangun karakter pribadi setiap siswa dan ini berdampak sangat luar biasa bagi perjalanan hidup berbangsa.

Semoga cara-cara bijak dapat segera ditemukan sehingga dalam pembelajaran daring, pesan-pesan edukatif dan moral dapat tersampaikan dengan baik kepada para siswa dan pendidikan karakter siswa pun tetap dapat berlangsung secara optimal.

-pw-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun