Bertanding di Stadion Rose Bowl, Rabu (18/6) pagi WIB, Inter kebobolan lebih dulu di menit ke-25. Ramos sukses menanduk umpan sepak pojok dari Oliver Torres untuk menjebol gawang Inter yang dijaga kiper kawakan Yann Sommer.
Namun Inter berhasil menyamakan skor sebelum turun minum. Berawal dari pelanggaran Stefan Medina kepada Lautaro Martinez, Inter mendapat tendangan bebas di dekat kotak penalti Monterrey pada menit ke-41.
Pengamatan saya ada 3 hal yang perlu di cermati:
1. Gap Antara Klub Eropa dan Non-Eropa Semakin Menyempit
Bagi sebagian besar fans bola, duel antara Monterrey dan Inter Milan di ajang Piala Dunia Antarklub 2025 mungkin terkesan tak seimbang di atas kertas. Inter adalah finalis Liga Champions Eropa, dengan skuad yang punya valuasi tinggi, pemain timnas, dan pengalaman panjang di kompetisi level atas. Sebaliknya, Monterrey datang dari Meksiko---liga yang sering dipandang sebelah mata oleh publik Eropa.
Namun apa yang terjadi di lapangan mementahkan semua asumsi itu. Monterrey bermain berani. Mereka tidak menunggu untuk diserang, mereka melawan. Mereka tidak sekadar mengandalkan fisik atau umpan panjang, tapi tampil disiplin secara taktik. Bahkan, di beberapa fase permainan, mereka mampu mengendalikan tempo.
Gol penyama kedudukan yang mereka cetak bukan hasil keberuntungan, tapi buah dari permainan yang rapi dan mental baja. Dan ini bukan satu-satunya contoh. Di laga-laga lain, klub dari Amerika Selatan dan Asia pun mulai unjuk gigi.
Intinya: sepak bola global sedang mengalami pergeseran. Klub-klub non-Eropa sudah tak mau lagi jadi pelengkap. Mereka belajar, berkembang, dan sekarang: menantang.
2. Inter Milan Perlu Solusi Kreativitas di Lini Tengah
Di atas kertas, Inter Milan masih punya kekuatan yang mentereng. Tapi laga ini mengungkap sisi lain dari klub sekelas Inter: terlalu bergantung pada struktur permainan yang repetitif dan minim improvisasi. Serangan mereka cenderung berjalan melalui pola yang sama---seringkali dimulai dari bek sayap, crossing ke dalam, atau mengandalkan momen bola mati.
Masalahnya, Monterrey membaca itu. Lini tengah Inter, meskipun solid secara pertahanan, terlihat kekurangan pemain yang bisa menciptakan celah lewat umpan-umpan progresif atau dribel yang memecah pertahanan.