Di tengah kampanye pemerintah soal "sejuta rumah", generasi yang katanya paling melek teknologi dan kreatif justru terlihat adem ayem. Gen Z, anak-anak kelahiran akhir 90-an sampai awal 2010-an ini, ternyata banyak yang ogah ambil KPR. Padahal zaman dulu, punya rumah muda dianggap sebagai lambang kesuksesan. Lalu, apa yang terjadi?
Mari kita telusuri satu per satu alasannya. Karena ternyata, ini bukan soal takut komitmen semata.
1. Harga Rumah vs Penghasilan: Perbandingan yang Sadis
Generasi ini hidup di era harga properti melambung tinggi. Rumah tipe 36 di pinggiran kota bisa tembus Rp400 juta. Tapi UMR? Masih berkisar di angka Rp3--5 juta. Kalau gaji bulanan sudah habis buat cicilan KPR, terus makan pakai apa?
Buat Gen Z, realita ini bikin mereka mikir ulang:
"Gaji gue segini, masa iya harus nyicil sampai umur 50?"
Mereka sadar bahwa membeli rumah lewat skema konvensional bukan cuma berat, tapi bisa jadi jebakan finansial jangka panjang.
2. Komitmen 30 Tahun Itu Ngeri
KPR bukan cuma soal beli rumah. Itu artinya ngiket diri dengan bank selama belasan hingga puluhan tahun. Dalam dunia yang cepat berubah---di mana perusahaan bisa tutup tiba-tiba, skill cepat usang, dan orang bisa kerja lintas negara---komitmen selama itu dianggap terlalu berisiko.
"Kalau suatu hari gue pindah kerja ke Bali atau luar negeri, rumah ini gimana?"