Mohon tunggu...
MBAH PRIYO
MBAH PRIYO Mohon Tunggu... Sketsa Hitam Putih - www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN. Berpengalaman sebagai Dosen, IT Professional dan International Trade Mediator. Memilih stay home setelah selamat dari serangan dari negara api pada tahun 2019, menjalanni hobi berkebun lemon, ternak ikan dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

#kaburajadulu: Senjakala Nasionalisme Pemuda-Pemudi Indonesia?

19 Februari 2025   07:31 Diperbarui: 19 Februari 2025   18:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah gemuruh perubahan zaman, di mana teknologi merajai dan informasi menyebar tanpa batas, muncul sebuah pertanyaan menggelitik: adakah nasionalisme yang membara dalam jiwa pemuda-pemudi Indonesia? Jika dulu semangat juang membara untuk meraih kemerdekaan dan membangun bangsa, kini, angin perubahan seolah membawa aroma yang berbeda.

Generasi muda, yang akrab dengan gawai dan dunia maya, kini dihadapkan pada realitas kompleks. Korupsi yang merajalela, kesenjangan sosial yang menganga, serta tantangan ekonomi yang kian berat, menjadi beban yang tak mudah dipikul. Tak heran, jika sebagian dari mereka memilih untuk menjauh, mencari pelarian dari hiruk pikuk persoalan bangsa.

Fenomena ini semakin mengemuka dengan munculnya tagar #kaburajadulu di media sosial. Sebuah ungkapan yang merepresentasikan semangat eskapisme, keinginan untuk lari dari kenyataan yang dianggap suram. Bukan lagi berjuang memperbaiki keadaan, melainkan mencari perlindungan di zona nyaman, di mana impian pribadi lebih diutamakan.

Eskapisme: Sebuah Pilihan atau Konsekuensi?

Tentu, tak bisa dipungkiri, eskapisme adalah hak setiap individu. Setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya, mencari kebahagiaan dan kepuasan diri. Namun, ketika semangat ini meluas dan menjadi tren, ada kekhawatiran yang muncul. Apakah ini pertanda pudarnya rasa memiliki terhadap bangsa? Apakah semangat gotong royong dan kepedulian sosial semakin tergerus?

Pilihan untuk "kabur" sejatinya adalah respons terhadap realitas yang dirasa tak lagi ramah. Kegagalan pemerintah dalam menuntaskan persoalan krusial, ditambah dengan minimnya kesempatan dan harapan, menjadi pemicu utama. Generasi muda merasa tak memiliki peran signifikan dalam menentukan arah bangsa, sehingga memilih untuk "menyerah" dan mencari alternatif lain.

Dampak dan Tantangan

Tentu, eskapisme memiliki dampak yang tak bisa diabaikan. Jika generasi muda memilih untuk "menjauh", siapa yang akan menjadi agen perubahan? Siapa yang akan melanjutkan estafet perjuangan membangun bangsa? Jika semangat nasionalisme memudar, apakah persatuan dan kesatuan bangsa akan tetap terjaga?

Namun, di sisi lain, eskapisme juga bisa menjadi pemicu untuk introspeksi. Ketika generasi muda memilih untuk "kabur", ini bisa menjadi alarm bagi pemerintah dan seluruh elemen bangsa. Bahwa ada sesuatu yang salah dalam cara kita membangun dan mengelola negara. Bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan ruang yang lebih inklusif, di mana suara generasi muda didengar dan aspirasi mereka dihargai.

Membangun Kembali Semangat Nasionalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun