Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN. Berpengalaman sebagai Dosen, IT Professional dan International Trade Mediator. Memilih stay home setelah selamat dari serangan dari negara api pada tahun 2019, menjalanni hobi berkebun lemon, ternak ikan dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Barbershop, Potong Rambut, dan Potong Gengsi

24 Januari 2025   08:03 Diperbarui: 26 Januari 2025   15:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Melayani pelanggan di barbershop. (Foto: KOMPAS.com/ Sabrina Mutiara Fitri ) 

Dulu, potong rambut itu urusan dekat-dekat rumah. Di depan pasar ada tukang cukur yang duduk di bangku kecil, cermin sederhana dipaku di tembok bata, dan kipas angin yang seringkali hanya berputar melambat. 

Sedangkan di tempat lain, di bawah pohon rindang, ada juga tukang cukur "DPR" alias Di Bawah Pohon Rindang.

Di situ, rambut bukan hanya dipotong, tapi cerita juga mengalir deras. Semua pelanggan, dari anak kecil yang rewel sampai bapak-bapak penuh uban, punya panggungnya sendiri. 

Tukang cukur DPR ini jago menghibur: dari obrolan politik sampai ramalan cuaca. Tapi ada satu momen yang tak terlupakan. Pernah suatu kali hujan deras turun tiba-tiba. 

Semua langsung bubar. Pelanggan yang sedang dicukur terpaksa ikut lari dengan rambut setengah jadi---bagian kiri sudah licin, tapi bagian kanan masih gondrong. 

Berteduh dan menunggu hujan reda, dan kegiatan cukur-mencukur baru dilanjutkan di bawah pohon tadi. Mungkin perlu di pasang terpal sekedar untuk menahan hujan dan terik matahari. Hari itu jadi lelucon se-kampung selama berminggu-minggu.

ilustrasi: Pak Mansyur (78) sedang mencukur rambut salah satu pelanggannya di Jalan Otista, Kota Bogor, Selasa (16/2/2016), pangkas rambut DPR. (Foto: KOMPAS.com / RAMDHAN TRIYADI BEMPAH) 
ilustrasi: Pak Mansyur (78) sedang mencukur rambut salah satu pelanggannya di Jalan Otista, Kota Bogor, Selasa (16/2/2016), pangkas rambut DPR. (Foto: KOMPAS.com / RAMDHAN TRIYADI BEMPAH) 

Baca juga: Rentang 24 Agustus

Namun, era tukang cukur sederhana ini perlahan mulai hilang, tergantikan oleh fenomena barber shop modern yang menjamur di setiap sudut kota. 

Barbershop bukan sekadar tempat potong rambut, tapi arena pencitraan. Ada sofa empuk di ruang tunggu, kopi gratis, AC dingin, dan lampu-lampu Instagrammable. 

Bahkan, ada yang menawarkan layanan premium seperti hair spa atau hot towel, atau bahkan pemijat yang cantik dengan baju kurang bahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun