"Tapi apa? Kamu ini Sarjana Pertambangan dan dapat kerja di pertambangan, gusti Allah kurang baik kepie meneh le?"
"Tapi jauh buk."
Kini ibunya yang gantian tersenyum. Ia hanya menghela nafas panjang, lalu meminum air putih yang memang sejak tadi sudah tersedia di depannya.
"Papua itu memang jauh, terus kalau jauh memangnya tidak bisa pulang?"
"Ya bisa buk, tapi kan pulangnya enam bulan bahkan satu tahun sekali."
"Le.....ada baiknya kamu berangkat. Itung-itung kamu menjalankan amanah bapak kamu. Biar dia disana tenang le. Lagian kan sudah 2 tahun ini kamu nganggur. Gak enak juga diomongin tetangga. Masak lulusan ITB jualan di pasar, kan ora mboys to le?" katanya sambil tersenyum mengejek.
Cakra pun tersenyum lebar.
"Iya buk....saya akan berangkat, tapi saya masih punya beban satu lagi."
"Apa lagi le?"
"Sekar buk." Jawabnya singkat sembari beranjak dari tempat duduknya.
Ia pun bergegas untuk menemui Sekar, perempuan yang dipacarinya dari SMA. Dengan cepatnya ia langsung memakai jaket kulit dan helm. Tidak lupa pula ia berpamitan dengan ibunya. Dan dengan honda Tiger  2000 peninggalan bapaknya, Cakra pun berangkat menuju Bank Indonesia, tempat Sekar bekerja.