Mohon tunggu...
Prita Lestari
Prita Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nurse Education

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Risiko Bunuh Diri akibat Bullying Pada Remaja

12 Oktober 2022   21:05 Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:08 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dimana pada masa ini memiliki kematangan emosi, sosial, fisik, dan psikis (Aini, 2018). Kondisi psikis pada masa remaja bisa dikatakan masih labil karena masa ini banyak sekali remaja yang mencari identitas dirinya sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. 

Risiko tinggi pada fase remaja yaitu terjadinya kenakalan dan kekerasan pada remaja baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindakan kekerasan. Permasalahan psikososial pada remaja yang banyak dialami yaitu hubungan sosial di lingkungan sekolah berupa bullying (Wahyudi & Burnamajaya, 2020).

Bullying merupakan tindakan kekerasan secara psikologis maupun fisik terhadap sekelompok orang yang lebih lemah oleh pelaku bullying. Pelaku tindakan bullying biasanya merasa bahwa dirinya lebih kuat untuk melakukan apa saja terhadap korbannya (Pratiwi & Undarwati, 2014). Korban dari bullying juga menganggap bahwa dirinya lemah dan tak berdaya oleh pelaku sehingga korban merasa terancam terhadap pelaku bullying.

Perilaku bullying mengacu pada tindakan penyerangan kepada korban dalam waktu berulang sehingga mengakibatkan korban merasa cemas dan khawatir. Tipe- tipe tindakan bullying yaitu berupa sindiran, fisik, dan gangguan (Aini, 2018).

Prevalensi tindakan bullying menujukkan 84% anak mengalami bullying di sekolah. Kasus kekerasan di sekolah di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam 79%, Nepal 79%, Kamboja 73%, dan Pakistan 43%. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh UNICEF sebanyak 50% siswa berusia 13-15 tahun di Indonesia mengalami bullying di sekolah (Unicef, 2017). Komisi Perlindungan Anak dalam kurun waktu 2011 hingga 2016 menemukan 253 dari kasus 23.000 kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak dan dikategorikan sebagai kasus bullying (Dhamayanti, 2021).

Permasalahan bullying akan terus meningkat apabila remaja tidak mengubah prespektifnya bahwa bullying akan mengakibatkan permasalahan mental maupun fisik. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan bullying pada remaja yaitu:

  • Keluarga, konflik yang terjadi pada keluarga akan ditiru oleh remaja kepada temannya sehingga terjadinya kasus bullying pada teman dan pelaku bullying lebih memiliki sifat agresif.
  • Sekolah, pihak sekolah sering sekali mengabaikan permasalahan bullying terhadap pelaku sehingga permasalahan bullying berkembang sangat pesat.
  • Kelompok sebaya, bullying akan terjadi pada kelompok sebaya agar kelompok tersebut dapat membuktikan bahwa mereka terlihat kuat dan memiliki dukungan penuh dari teman sekelompoknya.
  • Tayangan televisi dan media cetak, banyaknya tayangan yang tak memberikan contoh moral yang baik membuat remaja mengikuti apa yang dilihatnya dan diimplementasikan kepada lingkungannya. Padahal apa yang dilakukan olehnya merupakan suatu kekerasan bagi orang lain (Zakiyah et al., 2017).
  • Dari faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan bullying pada remaja akan memiliki potensi sangat besar terhadap psikologis korban bullying yang terjadi saat ini. Dampaknya juga berpengaruh pada permasalahan psikologis pada korban yaitu berupa depresi, kecemasan dan harga diri rendah. Selain itu, remaja yang mengalami bullying juga akan mengalami keluhan psikosomatik seperti masalah tidur, sakit kepala, cemas, sakit perut, perasaan tidak bahagia, dan nafsu makan menurun (Marela et al., 2017).
  • Bullying juga mempengaruhi konsep diri korban yaitu remaja akan memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak menarik dan cenderung bersikap pesimistik terhadap kesempatan yang ada. Dengan begitu, remaja akan mudah menyerah dan selalu menyalahkan dirinya maupun orang lain apabila mengalami kegagalan. Korban bullying juga akan berpengaruh terhadap konsenterasi pembelajaran di sekolah. Apabila permasalahan ini tidak di cegah maka akan mempengaruhi harga diri korban bullying. Kemudian, korban akan melakukan isolasi sosial sehingga memunculkan perilaku menarik diri terhadap lingkungan dan depresi terhadap persoalan yang dihadapinya. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan resiko bunuh diri jika remaja nekat untuk mengakhiri hidupnya tanpa berfikir panjang (Wahyudi & Burnamajaya, 2020).
  • Bunuh diri merupakan tindakan mengakiri kehidupan seseorang dengan sengaja dengan cara melukai diri sendiri, menggunakan racun atau mati lemas yang dilakukan oleh dirinya. Perilaku bunuh diri dibagi dalam kategori yaitu:
  • Ide bunuh diri merupakan pikiran seseorang yang membebani hidupnya untuk mengakhiri hidupnya baik yang disampaikan oleh dirinya sendiri maupun melalui orang lain.
  • Ancaman bunuh diri yaitu tanda secara langsung maupun tidak langsung untuk mengakhiri hidupnya seseorang
  • Upaya bunuh diri adalah tindakan seseorang secara langsung untuk mengakhiri kehidupannya (Kusumayanti et al., 2020).
  • Dengan demikian, pengaruh dari bullying pada remaja dapat berdampak pada psikologis maupun fisik. Bullying banyak terjadi dilingkungan sekolah pada remaja. Perlunya perhatian dari keluarga, guru maupun pemerintah dalam menanggulangi permasalahan bullying pada remaja. Permasalahan bullying mungkin tak tampak langsung oleh kita semua. Tetapi sangat berdampak pada mental remaja, akibatnya korban bullying akan merasakan kecemasan, harga diri rendah serta depresi, yang paling berbahaya yaitu risiko bunuh diri. Diharapkan, negara Indonesia menjadi negara yang tingkat kesehatan mentalnya baik sehingga permasalahan bullying maupun masalah lainnya yang mengganggu kesehatan mental dapat dicegah secara dini.
  • DAFTAR PUSTAKA

Aini, D. F. N. (2018). Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk Pencegahan Kasus Bullying. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 6(1), 36. https://doi.org/10.22219/jp2sd.v6i1.5901

Dhamayanti, M. (2021). Bullying: Fenomena Gunung Es di Dunia Pendidikan. Sari Pediatri, 23(1), 67. https://doi.org/10.14238/sp23.1.2021.67-74

Kusumayanti, N. K. D. W., Swedarma, K. E., & Nurhesti, P. O. Y. (2020). Hubungan Faktor Psikologis Dengan Risiko Bunuh Diri Pada Remaja Sma Dan Smk Di Bangli Dan Klungkung. Coping: Community of Publishing in Nursing, 8(2), 124. https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i02.p03

Marela, G., Wahab, A., & Marchira, C. R. (2017). Bullying verbal menyebabkan depresi pada remaja SMA di kota Yogyakarta Verbal bullying can cause depression in high school adolescents in Yogyakarta city. Journal of Community Medicine and Public Health, 33(1), 43–48.

Pratiwi, J., & Undarwati, A. (2014). Suicide Ideation pada Remaja di Kota Semarang. Developmental and Clinical Psychology, 3(1), 24–34. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4445-Article Text-9129-1-10-20141222 (1).pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun