Mohon tunggu...
Pristia Astari
Pristia Astari Mohon Tunggu... Foto/Videografer - pribadi

Hallo!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup yang Tidak Bisa Ditentukan Diri Sendiri

4 Desember 2021   11:04 Diperbarui: 4 Desember 2021   11:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Banyak yang tidak bisa diprediksi dalam hidup ini, bahkan ekpestasi yang diharapkan tidak terlalu tinggi saja bisa terbantah oleh hidup ini. Mau seberusaha apapun sudah menulis rencana sebagus mungkin pasti bisa berubah semuanya tanpa disangka-sangka.

Aku ingin bercerita tentang hidup aku dimana aku sudah berusaha beradaptasi dengan dunia yang tidak aku minati yaitu bersosialisasi dengan cara komunikasi namun berubah dengan mudahnya dimana aku harus mengulang dari awal lagi.

Sewaktu aku kecil, aku tidak mempunyai cita-cita dan aku hanyalah gadis kecil yang ingin sukses saja, punya rumah sendiri, berkeluarga dengan bahagia yang dimana aku tidak ingin seperti keluarga orang tua aku, aku ingin punya keluarga yang nyaman dan bersyukur bahwa aku dapat hidup. Pertanyaan orang dewasa kepada anak kecil selalu sama "cita-cita kamu apa nanti?" jujur aku tidak ingin menjawabnya dahulu, namun aku selalu mendengar omongan teman-teman aku yaitu menjadi "dokter". Saat itu aku mencari tahu dokter di Indonesia ada apa aja, ternyata ada dokter manusia atau biasa disebut dokter umum/spesialis, lalu ada dokter gigi yang lebih spesialis di kesehatan gigi, dan terakhir dokter hewan. 

Karena dari kecil aku sangat menyukai hewan-hewan, walaupun hewan itu yang aku takuti tapi aku selalu ga tega melihat hewan itu kesakitan. Aku selalu berpikir hewan itu walaupun bahasanya berbeda dengan manusia pasti mereka ingin juga disayang seperti manusia dengan manusia, saat itu aku ingin menjadi dokter hewan, namun aku tidak ingin memberitahu kepada siapapun karena mitos berkata "jika harapan yang kita inginkan diceritakan kepada orang banyak maka harapan itu tidak akan terjadi". 

Waktu aku kecil, aku tidak mempunyai kehidupan seperti anak-anak yang lain. Yang bahagia bermain, aku ditinggal dengan pembantu, dia sangat galak. Aku selalu nangis setiap hari, telinga aku selalu di jewer sampe aku merasakan panasnya telinga aku, sapu lidi selalu melayang datang ke badan aku yang kecil ini, bahkan aku pernah memakan muntahan aku sendiri, aku tidak boleh jajan apapun, pernah dipaksa makan chiki sampai aku terkena amandel hanya karena pembantu aku ingin mendapatkan hadiah duitnya saja, untuk mengepel dan menyapu aku dipaksa juga setelah sampai rumah dan dia hanya hahaha menelfon cowonya, bahkan dijemput sekolah selalu telat, aku hanya bisa menunggu sendirian di ayunan sekolah sendiri sambil bengong dan berfikir apa aku bisa menjadi orang yang bahagia (aku bahkan ga sanggup mengetik cerita ini), selama 2 tahun aku merasakan sakit tersebut tanpa berkata kepada siapapun. Setelah 2 tahun, diganti pembantu dan aku senang sekali, dia sangat senang dengan aku, aku pernah mendapatkan nilai 50 saat sekolah dia tidak memarahi aku seperti pembantu sebelumnya, dia mengajarkan arti hidup aku bahwa aku berhak bahagia. Aku selalu ditemani main, tidak pernah memaksa aku untuk apapun. Ya agi-lagi orang tua aku tidak suka dengannya karena kerja dia tidak bagus akhirnya diganti lagi dengan pembantu lama aku, dan balik lagi aku menangis dan kesakitan tanpa sanggup bercerita kepada siapapun.

Kelas 2 SD, keluarga aku tidak menggunakan pembantu lagi, senang sekali akunya dan bersyukur sangat bersyukur. Tapi sayangnya rasa trauma aku tidak bisa dihilangkan, saat itu aku memberanikan diri untuk cerita ke orang tua aku bahwa aku semenjak tinggal sama pembantu yang lama aku selalu tersiksa, tak disangka-sangka yang aku kira orang tua aku akan menyesal dan minta maaf, eh responnya "bagus dong, kamu harusnya digituin".  Setelah itu aku hanya bisa diam dan aku ingin punya seseorang yang mengerti aku.

Kelas 3 SD aku suka diajak orang tua aku menonton pertandingan olah raga bahkan aku sampai bolos sekolah demi menonton pertandingan, sejak saat itu aku mempunyai cita-cita ingin menjadi atlit. Aku ingin menjadi atlit badminton saat itu dan mencoba ngomong ke orang tua aku ingin les badminton karena aku ingin bisa menjadi atlit, walaupun umur 8 tahun termasuk umur yang telat, tapi semangat aku ga akan pudar. Aku selalu meyakinkan orang tua ku mereka selalu menolaknya, karena mereka berkata "atlit gaada masa depannya". Setiap minggu aku selalu suka nonton acara masak seperti farah queen dan nonton berita (ini aku berpikir ingin menjadi reporter makan-makan), aku berpikir untuk mempunyai minimal 1 skill yang bisa aku banggakan, aku ngomong ke orang tua aku untuk meminta les masak. mereka tidak menyetujuinya, lalu aku meminta untuk les musik, tapi saat aku les, mama ku selalu mengeluhkan duitnya mahal jadinya aku tidak melanjutkannya lagi. Aku meminta les kumon, akhirnya aku les kumon saat kelas 4sd (aku memaksa les kumon sejak kelas 2sd). Sakit? jelas, sampai mikir apa semua pekerjaan jika diniatin dengan semangat menjadi tidak ada masa depannya? 

Memasuki dunia SMP aku masi ingin menjadi dokter hewan namun aku tidak mengatakan kepada siapapun bahkan kepada orang tua aku, aku hanya berkata "ingin menjadi dokter gigi". Orang tua aku senang mendengar respon aku ingin menjadi dokter gigi dengan alasan yang sangat klasik karena ingin membantu mama ku yang suka sakit gigi, sungguh karakter badut aku sudah mendarah daging sejak aku kecil. Saat masuk kelas 10 SMA , bapak ku mengatakan tidak sanggup membiayai aku kuliah di kedokteran gigi, jujur aku biasa saja tidak masalah karena aku tidak terlalu minat 100% di FKG. Aku selalu iya iya saja jika orang tua ku berkata "kerja disini aja nanti gajinya banyak, bla bla bla", karena aku lelah dengan ekspetasi mereka yang sangat tinggi kepada aku. 

Aku mulai tidak ingin bercerita tentang hidup semenjak SD, memasuki dunia SMA aku benar-benar menutupi diri aku sampai saat ini, karena aku sangat lelah. Saat orang lain bahkan orang tua aku selalu meremehkan aku, aku hanya bisa diam dan tersenyum. Banyak yang berkata hidup kayak tia ntu ga pernah ngeluh dan selalu bersikap santai menjalani hidup. Mereka tidak tahu saja aku sudah menyidap penyakit mental PTSD dan gangguan depresi mayor. Aku baru mengetahui diagnosa itu saat aku mencoba memberanikan diri datang ke psikiater dengan duit aku saat menjadi volunteer Asian Games.

Balik lagi ke cerita SMA aku, jelas 11 SMA aku tidak ingin melanjutkan hidup karena aku mempunyai masalah yang tidak ada habisnya, di SMA aku dibenci dengan teman-teman ku karena aku dekat sama guru biologi yang dimana kita dekat juga krena tidak disengaja (walaupun tidak semuanya), di rumah aku di push untuk bisa peringkat terus minimal peringkat aku tetap. Pernah satu hari itu peringkat aku turun ke 11, soalnya aku memang sudah cape dengan belajar dan hidup dan yah aku di teriakin, diomelin bahkan ga segan-segan album kaca tersebut dibanting ke aku. Saat SMA aku mempunyai kenalan seseorang yang dimana sekarang kita sudah berkontak lagi bahkan dia ga segan-segan memblock aku sampai saat ini, dia selalu disamping aku saat aku sedih,senang. Dia yang mengubah dunia aku bahwa jika aku bercerita akan baik-baik saja. Guru biologi akupun seperti orang tua aku kedua, terima kasih ya untuk guru biologi aku dan seseorang yang saat ini sudah lost contact dengan ku bahwa hidup aku saat itu baik-baik saja, kalau aku tidak kenal kalian mungkin aku tidak hidup sampai sekarang dan sudah bunuh diri sejak itu.

Kelas 12 aku mulai hidup mengikuti alurnya aja, jadi apa aja yang penting aku bisa bebas dari keluarga aku di rumah. Tapi ya namanya anak pertama aku ga dibolehin buat ngekos, padahal aku sangat ingin sekali dan aku berfikir gapapa deh butuh waktu 4tahun untuk bisa pergi dari rumah ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun