Mohon tunggu...
Priskila Noya
Priskila Noya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wajah Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus di Institusi Pendidikan

10 April 2021   01:29 Diperbarui: 10 April 2021   01:44 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau  untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.

Maka dari itu setiap manusia di Indonesia berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Makna ayat 1 pasal 31 UUD 1945 tersebut bahwa pendidikan berhak didapatkan setiap warga negara tanpa terkecuali, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

Pemerintah sendiri telah mengamanatkan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu:

Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

Kemudian lewat Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ("UU Sisdiknas") mengamanatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yang berbunyi:

Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Selanjutnya dalam Pasal 32 UU Sisdiknas menjelaskan:

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Maka berdasarkan pernyataan di atas sudah jelas bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan di Negara Republik Indonesia ini. Maka dari itu pendidikan khusus dihadirkan untuk dapat memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus ini agar tetap dapat memperoleh pendidikan yang layak.

Selain pada satuan pendidikan khusus, siswa berkebutuhan khusus juga dapat menempuh pendidikan pada sekolah terpadu. Sekolah terpadu merupakan sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, sarana prasarana yang sama untuk seluruh peserta didik. Sekolah terpadu saat ini lebih dikenal dengan sekolah inklusif.

Penyelenggaraan sekolah inklusi di Indonesia, dilatarbelakangi oleh hak anak untuk memperoleh pendidikan. Setiap makhluk mempunyai kebutuhan. Sebagai makhluk Tuhan yang dianggap mempunyai derajat tertinggi di antara makhluk lainnya, manusia mempunyai kebutuhan yang paling banyak dan kompleks. Kebutuhan manusia secara umum mencakup kebutuhan fisik atau kesehatan, kebutuhan sosial emosional,dan kebutuhan pendidikan (Wardani, 2011: 1.34). Tidak berbeda dengan orang-orang normal, anak-anak berkebutuhan khusus juga mempunyai kebutuhan yang sama.

Namun tentunya penyelenggaraan sekolah inklusi ini memiliki tantangan-tantangan. Tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar sekolah.

Pertama, kurangnya bekal kepada guru mengenai anak berkebutuhan khusus. Sehingga guru-guru menganggap mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengajar peserta didik dengan berbagai kebutuhan khusus.

Kedua, kurangnya sarana dan prasarana yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Ketiga, Rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.

            Maka dari penjelasan di atas mengenai tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan sekolah inklusi, dapat disimpulkan bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi agar sekolah inklusi benar-benar dapat memfasilitasi anak berkebutuhan khusus. Banyak pihak-pihak yang dapat membantu agar sekolah inklusi dapat menjadi lebih baik dalam memberikan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus. Pemerintah adalah pihak yang paling diharapkan agar dapat membantu membenahi kembali sekolah inklusi ini. Dan juga masyarakat agar dapat lebih menunjukkan kepedulian kepada anak berkebutuhan khusus dan sekolah inklusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun