Mohon tunggu...
Priska Devi RS
Priska Devi RS Mohon Tunggu... Guru - Hello everyone ✊🏻

just share what i wanna share

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Perceraian

26 September 2021   07:52 Diperbarui: 26 September 2021   08:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin di masa sekarang perceraian adalah hal lumrah dengan bukti menurut kemenag dilansir pada laman www.merdeka.com mengatakan bahwa kasus perceraian mencatat kira-kira ada 300 ribu perceraian dalam setahunnya tentu bukan jumlah kecil bukan? Bagaimana tidak, banyak dari kalangan yang nikah muda yang begitu saja memutuskan untuk bercerai karna faktor perselingkuhan, ekonomi, usia dan faktor lainnya. Perlu diketahui dengan adanya kasus seperti ini akan berdampak ke anak salah satu diantaranya ialah :

1. Anak mudah depresi

 Dengan situati yang ia rasakan dengan mendengar ibu dan ayahnya bertengkar hingga memakai kontak fisik, berkata kasar, dan berteriak membuat anak menjadi sedih, dan mudah depresi, tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Pastinya setiap anak memiliki mental porsi masing-masing, yang paling ditakutkan adalah anak melampiaskan kesedihan dan masalah nya dengan meminum minuman keras, narkoba, sex bebas bahkan bunuh diri. 

Seperti yang sudah kita ketahui banyak berita berlalu lalang bukan? remaja-remaja yang bunuh diri akibat perceraian orang tuanya, dengan ini siapa yang harus disalahkan? jadi untuk orang tua yang ingin memutuskan untuk bercerai berbijaklah agar anak tidak menjadi korban akibat keputusan kedua belah pihak.

2. Hilangnya motivasi

 Banyak orang tua berkata bahwa keputusan yang mereka ambil mungkin tidak akan ada hubungannya dengan anak, tanpa mereka sadari itu adalah awal mula masalah yang berdampak pada anaknya, contohnya saja anak di beri pilihan untuk berpihak ke ibu atau ayahnya justru anak akan stress dengan pertanyaan tersebut, karena baginya ibu dan ayah adalah dua insan yang paling berharga dan perpisahan pasti hal yang sulit bagi anak, dari sinilah anak tak tahu bagaimana ia akan bergantung nantinya.

3. Menjadi anak pembenci

Jika setelah anak mempertimbangkan untuk memilih siapa, akan adanya konflik dimana diantara ibu dan ayahnya yang menjelekan satu sama lain di depan anak nya hal ini dpat memicu anak untuk mudah membenci, mudah emosi, membenci hidupnya dan merasa tidak dicintai.

4. Memiliki trauma besar di hidupnya

Karna akibat perceraian dari orang tuanya anak akan memberikan trauma besar pada anaknya, apalagi jika pada usia matang mereka cukup pintar untuk mengamati situasi yang terjadi pada orang tuanya.

Pertengkaran dalam berumah tangga adalah hal yang biasa jika pernikahan tidak bisa di pertahankan, mungkin perceraian adalah pilihan terbaik, namun hal ini tidak ideal jika pasangan pernikahan telah mempunyai buah hati karna buah hati adalah tanggung jawab dari kedua orang tuanya. Jadi yuk untuk generasi muda di jaman canggih sekarang ini untuk meminimalisir jumlah perceraian yang ada di Indonesia, selalu berfikir positif, mendengarkan satu sama lain agar tidak terjadi kesalahpahaman, hindari kekerasan, dan ketidaksetiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun