Mohon tunggu...
priskalia nikenwidowati
priskalia nikenwidowati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Dasar

shaping the brain through knowledge

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

John Dewey Vs Gen Z

17 September 2021   17:08 Diperbarui: 17 September 2021   17:10 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi Z atau disebut sebagai Gen Z adalah generasi muda yang lahir pada tahun 1997 -- 2012. Ryan Jenkiss (2017) menulis Generasi Z dikenal sebagai generasi minim batasan yang sangat terikat dengan teknologi. Teknologi dipandang sebagai kebutuhan utama layaknya mereka bernafas.

Terkait dengan karateristik Generasi Z dan perkembangan pendidikan, pengajar saat ini dituntut untuk merubah metode pengajaran dari metode pengajaran tradisonal ke metode pengajaran modern. Pada pengajaran tradisional guru biasanya berdiri didepan kelas siap menuangkan semua pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik ibarat gelas kosong yang siap menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru dengan pasif.

Peserta didik Generasi Z akan segera meninggalkan dunia pendidikan yang dipandang sebagai hal yang membosankan, jika metode tradisional semacam ini terus dijalankan tanpa adanya perubahan metode pembelajaran. Generasi Z menuntut pengajar menggunakan metode yang bervariasi serta menggunakan media teknologi. 

Berkaca dari kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, mari kita mengenal seorang filsafat prakmatis pendidikan, John Dewey. John Dewey sangat dikenal dengan gagasan-gagasan revosionernya yang sangat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan modern. Dewey mengemukakan bahwa peserta didik berkembang dalam lingkungan dimana mereka diizinkan untuk mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum. Semua peserta didik harus memiliki kesempatan untuk mengambil bagian dalam pembelajaran mereka sendiri. Pendidikan bukanlah sekedar konten tetapi suatu wadah dimana peserta didik dapat belajar hidup.

 Dewey berpendapat mengenai pendidikan progresif yang pada hakikatnya adalah pandangan yang menekankan perlunya belajar sambil praktek langsung. Hal tersebut erat dengan pendekatan pembelajaran "hand-on" yaitu menekankan peserta didik untuk mengalami suatu proses pembelajaran. Sebagai contoh pada pelajaran IPA kelas 6 SD dengan materi perkembangbiakan tumbuhan. Peserta didik dapat diajak untuk menanam tumbuhan apotek hidup. 

Peserta didik dapat menanam umbi jahe atau kunyit pada sebuah pot kemudian mengamati proses pertumbuhan umbi tersebut sehingga tumbuh menjadi tanaman dewasa. Dalam proses pengamatan tersebut, peserta didik juga diajak untuk merawat umbi yang ditanam dengan menyiram, memberi pupuk dan mencatat perubahan yang terjadi. 

Setelah mengalami proses belajar tersebut siswa akan dapat menjelaskan proses perkembangbiakan tumbuhan lebih baik jika dibandingkan dengan cara tradisional dimana peserta didik hanya menghafal materi perkembangbiakan tumbuhan. Melalui praktek menanam tumbuhan, pengajar dapat mengaitkan dengan muatan pembelajaran yang lainnya sebagai contoh peserta didik dapat menciptakan suatu karya tulis mengenai pekembang biakan tumbuhan melalui tulisan tangan yang diupload di sosial media.

John Dewey juga mengemukakan pandangannya mengenai gagasan demokrasi dimana dalam suatu kelas pengajar maupun peserta didik dapat belajar bersama dan mempunyai kedudukan yang sama dalam pembelajaran. Peserta didik dapat memberikan usulan maupun kritik kepada pengajar jika diperlukan. Sistem pengajaran di dalam kelas berorientasi kepada siswa, sehingga menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Dewey berpendapat bahwa seorang guru ideal adalah seseorang yang memiliki hasrat akan pengetahuan dan keingintahuan intelektual dalam materi dan metode yang diajarkan. Seorang guru ideal memiliki rasa ingin tahu dan kecintaan untuk belajar yang berbeda dari kemapuan seseorang untuk memperoleh, membaca dan mereproduksi pengetahuan buku teks. Seorang guru tidak cukup hanya belajar sepanjang hayat namun seorang guru harus bercita-cita untuk berbagi dengan orang laindi komunitas belajarnya.

Pandangan Dewey mengenai kurikulum interdisipliner sangat berkaitan dengan kurikulum 2013 yang saat ini digunakan mayoritas oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Dimana tema pembelajaran dapat terkait pada muatan pelajaran satu dan yang lainnya atau dikenal sebagai pembelajaran tematik. Melalui kurikulum tersebut siswa diharapkan dapat mendapatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatnya secara mandiri.

Peranan seorang guru adalah sebagai fasilitator di dalam pembelajaran di dalam kelas dan bertugas untuk mengobservasi  kemajuan siswa di dalam kelas. Metode pengajaran yang diterapkan oleh para pendidik adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL). Dalam metode pembelajaran tersebut peran serta siswa aktif dalam berdiskusi, menganalisa suatu permasalahan, bekerja kelompok dan mencari solusi suatu permasalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun