Mohon tunggu...
darno kartawi
darno kartawi Mohon Tunggu... -

Saya suka musik bambu karena mudah didapat dimana-mana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orkestra Gandalia

16 Januari 2014   00:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ORKESTRA GANDALIA MUSIK BAMBU BANYUMAS

Orkestrasi Gandalia Musik Bambu Banyumas adalah bentuk elaburasi dari aspek-aspek pertunjukan dalam sajian kesenian Gandalia yang dijadikan sebuah konsep tentang gambaran dari spirit eksistensi seni pertunjukan kesenian tradisional di wilayah budaya tradisional agraris Banyumas raya. Dari kurang lebih lima puluh jenis kesenian tradisi yang ada wilayah Banyumas, tinggal beberapa jenis kesenian yang eksistensinya masih bertahan untuk hidup hingga sekarang, diantaranya adalah kesenian Lengger, Ebeg, Wayang kulit, Ketoprak, Kenthongan, Slawatan, Calung, Buncis dan Bongkel.Hal ini tentu tidak terlepas dari kondisi masyarakat pendukungnya yang kian waktu semakin berubah. Keberdaan kesenian dalam budaya masyarakattertentu dapat dimaknai sebagairepresntasi dari tingkat peradaban masyarakat itu sendiri.Tradisi masyarakat Banyumas yang mayoritas hidup dalam buadaya agraris mempengaruhi berbagai kehidupan kesenian tradisi yang tumbuh di dalamnya mengalami perubahan.Dalam konteks historinya kehidupan kesenian Banyumas mayoritas memiliki keterkaitan dengan kehidupan tradisi masyarakat petani. Hal ini selain yang terdapat pada sebagian besar simbol berupa asesoris perangkatnya terbuat dari bahanbaku bambu, juga pada keberadaannya yang sering difungsikan dalam tradisi ritual masyarakat petani seperti; upacara baritan, sedekah bumi, mimiti (memulai tanam padi/jagung), syukuran pasca panen, kaul dan lain-lain. Berbagai alat musik bambu yang pernah eksis dalam tradisi masyarakat Banyumas antara lain: Bongkel, Gandalia, Buncis, Krumpyung, Calung dan Kenthongan.

Berangkat dari keberadaan musik bambu yang ada dewasa ini sebagian besar diambang kepunahan. Penyusun bersama dengan Sanggar Seni Sabawana bermaksud untuk mengeksiskan kembali melalui kegiatan workshop dalam bentuk pelatihan alih ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda. Salah satu jenis kesenian yang menjadi obyek pelatihan kali ini adalah musik Gandalia. Pemilihan obyek materi musik Gandalian adalah dengan pertimbangan dua hal yakni, (1)keberadaan pemain yang dewasa ini tinggal empat orang yang rata-rata usianya 80 tahun. Dengan keberadaan ini kami merasa kawatir karena jika tidak diupayakan secara sungguh-sunguh untuk meregenerasi, maka musik Gandalia akan punah, karena melihat kondisi pelaku yang mumpuni saat ini sudah berusia lanjut, (2)musik gandalia memiliki keunikan, kekhasan dan kerumitan teknik yang tidak bisa dengan mudah ditirukan oleh orang lain. Keunikan dan kekhasan adalah sebuah nilai yang melekat dalam tradisi budaya kesenian tradisi, yang harus dipertahankan keberadannya sebagai dentitas budaya lokal.

1.Kesenian Tradisional Masa Lalu (Dekade 70an – akhir 80an)

Fenomena tradisi kelisanan dalam seni pertunjukan sebenarnya bukan hal baru dalam masyarakat kita. Gandalia sebagai salah satu jenis kesenian tradisional Banyumas pada awal-awal diciptakannya adalah sebuah peristiwa tradisi kelisanan yang memunculkan ekspresi komunal, begitu juga apa yang dilakukan warga desa-desa bantaran sungai Serayu, lereng gunung Slamet dengan pesta “kesenian rakyat” mereka. Gandalia adalah bentuk peristiwa kesenian embrio dari seni pertunjukan rakyat yang sekarang kita kenal dengan nama Calung. Kesenian ini muncul di daerah pedesaan di perbatasan antara Kabupaten Banyumas dan Cilacap pada sekitaran akhir abad 17. Kesenian Bongkel berasal dari bunyi-bunyian yang sengaja dihasilkan disaat menabur benih biji-bijian diladang yang oleh masyarakat Banyumas disebut manja. Mereka beraktivitas di ladang menabur biji-bijian (manja) seperti kedelai, kacang tanah, jagung, dan atau padi secara bergotong royong, menggunakan sepotong kayuberukuran panjang kurang lebih 1.5 meterdan berdiameter 5 cm yang pada bagian ujung atas diberi satu ruas bambu, sehingga jika alat tersebut dihentakkan untuk melubangi tanah akan menghasilkan bunyi yang nyaring.Sembari melubangi tanah mereka menikmati jalinan bunyi yang secara konstan memicu semangatnya sehingga sesekali diantara mereka bernyanyi, menari dan atau bahkan menjadi penonton. Dalam peristiwa ini yang paling diutamakan adalah kegembiraan bersama, “gayeng”. Semuanya bisa turut serta dalam peristiwa kesenian ini, dan akhirnya pertunjukan ini diusung bersama baik penyaji maupun penonton (ulang-alik).

Pada perkembangan selanjutnya tidak hanya bernyanyi dan menari, ada adegan drama dengan lakon sederhana. Biasanya menggambarkan kejadian-kejadian di seputaran mereka, misalnya tentang adegan obrolan pasangan petani dengan setting tempat --yang diceritakan-- di pematang sawah. Penyajian dan penceritaannya biasanya segar dan lucu. Penonton turut berceloteh selama lakon dimainkan. Dan biasanya celoteh mereka akan membangun jalannya pertunjukan.

Pada tahapan ini sudah mulai ada desain pementasan namun pada dasarnya pemainnya bisa siapa saja di antara mereka dari warga desa, dan atau penonton. Dalam pertunjukan Gandalia baik dan buruk pementasan tersebut tidak dipersoalkan, dan tidak dipersoalkan pula siapa pemain dan siapa penonton, yang lebih dipentingkan dalam peristiwa tersebut adalah munculnya ekspresi komunal warga desa setempat; rasa gayeng, bercengkerama antar tetangga, bahagia bersama dan semakin eratnya rasa primordial sebagai “satu keluarga”.

Begitu juga apa yang terjadi di daerah pedesaan di bantaran sungai Serayu. Sebagai contoh misalnya di desa Sidanegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas. Di desa tersebut sering diselenggarakan pementasan berbagai jenis kesenian rakyat seperti Lengger, Ebeg, Ujungan, Slawatan, dan Gandalia itu sendiri. Pementasan tersebut digelar benar-benar untuk kegembiraan bersama saja. Dipentaskan oleh warga desa dan ditonton oleh kerabat mereka. Meskipun sekarang sudah mulai banyak orang dari luar desa datang untuk menonton pementasan-pementasan mereka, namun niatan untuk siapa peristiwa tersebut diselenggarakan tetap, dari warga oleh warga untuk warga desa --dan tetangga-tetangga desa-- tersebut. Penonton (dan atau turis) dari luar daerah dipersilahkan saja menonton dan dianggapnya sekedar efek dari apa yang merekalakukan.

2. Kesenian Tradisional Dewasa Ini (Dekade 90an – 2013)

Fenomena di atas menunjuk pada bentuk peristiwa tradisi kelisanan masa lalu, yang dalam seni pertunjukan memunculkan ekspresi komunal dalam masyarakat dimana peristiwa itu dibuat dan dipentaskan. Ada dampak yang sangat tebal dimunculkan dalam peristiwa tersebut; gayeng dan ikatan yang hangat antar manusia. Tidak ada hitungan untung rugi dari perspektif kapital dalam peristiwa-peristiwa tersebut; bahakan pada masa itu uang tidak berbicara.

Bebicara peritiwa masa lalu akan kesenian tradisional jika dibandingkan dengan era sekarang, dianalogika seperti siang dan malam.Jika siang sebagai gambaran akan ketransparanan wujud yang memiliki kekuatan serta kecirikhasan sebuah bentuk kesenian tradisional masa lalu, maka malam adalah sebuah gambaran yang sebaliknya yakni keberadaan bentuk kesenian tradisional di era sekarang. Malam diartikan sebagai sebuah warna yanghitam (gelap) yang jika dijadikan tolok ukur untuk melihat warna dan bentuk dari kesenian tradisional era sekarang tidak memiliki perwujudan yang jelas dan khas sebagai kekuatan identitas budaya lokal. Sebagian besar bentuk kesenian tradisional di desa-desa telah mengalami krisis lokalitas. Banyak hadirnya unsur-unsur pertunjukan dari budaya di luar identitasnya yang telah membawa warna/gaya kesenian lokal menjadi bias dan tidak unik. Sebagai contoh masuknya lagu-lagu “pop”, instrumen musik “barat” dan sajian kendhang “jaipong/sunda” ke dalam pertunjukan kesenian tradisional (Lengger, Ebeg, Banyumas, dan Gandalia) menjadikan kesenian tersebut kehialangan kekuatan khasnya yang pada masa dulu kompleks dengan varian-varian sajian ekspresi seniman setempat.

Melihat keberadaan yang demikian itu maka penyusun tertantang untuk membangkitkan kembali spirit kesenian tersebut menjadi lebih membumi dan menarik baik dari aspek kualitas sajian maupun keunikannya. Apakah tidak mungkin spirit fenomena tersebut dimunculkan kembali dalam komunitas-komunitas masyarakat di era modernisasi dalam bentuk yang berbeda? Yakni fenomena aktivitas kesenian di lereng Gunung Slamet yang mampu memunculkan kegayengan, ekspresi dalam komunitas mereka, merekatkan hubungan antar tetangga dan bergembira bersama. Dalam konteks seperti itu kesenian (seni pertunjukan) menempati fungsi sosiologisnya dan menjadi sangat penting peranannya dalam masyarakat sebagai hiburan, perekat sosial, secara ekonomi misalnya munculnya warung-warung di sekitaran arena petunjukan, dan bila dilangsungkan dalam kerangka acara bersih desa diyakini sebagai sarana untuk membersihkan dan menata kosmologi desa yang bersangkutan dan sebagainya. Artinya bahwa kesenian tidak lagi menyendiri,malahan justru menabalkan keberadaannya padalingkup masyarakat secara luas, tidak hanya pada selingkungannya saja, pelaku kesenian dan para pengamat kebudayaan.

Gerakan tradisi kelisanan adalah sebuah counter culture terhadap dampak arus pemodernan yang individualistik-materialistik dan hegemonik yang cenderung mengasingkan. Dari gagasan-gagasan tersebutlah maka dirancang mencipta sebuah jenis desain baru yang bersumber dari kesenian Gandalia yang akan diberi judul “Orkestra Musik Bambu Banyumas”.Desain baru ini dimaksudkan sebagai stimulan dari adanya ekspresi komunal dalam komunitas-komunitas masyarakat di sub-sub wilayah pedsaan Banyumas. Artinya bahwa karya ini dirancang tidak hanya sekedar sebagai arak-arakan acara kesenian belaka yang kemudian hilang tak berbekas, bukan juga sekedar art ceremonial yang hanya menuntaskan dahaga para seniman belaka atau bukan juga sekedar acara yang diusulkan untuk sekedar menjadi kesenian yang artificial, akan tetapi bagaimana, sekali lagi, merangsang kembali manusia desa untuk saling menyapa.

B. Tujuan, dan Manfaat Berkarya Seni

Berkarya seni adalah bentuk pemenuhan kebutuhan estetik bagi seorang seiman dalam mengekspresikan ide dan gagasannya ke dalam sebuah karya seni. Karya besar yang bertema Lengger Dalam Kesungguhan kali ini adalah lebih bertujuan pada pengembalian nilai atau ruh seni pertunjukan kerakyatan Banyumas kealam tradisinya agar antara bumi, tradisi masyarakat dan keseniannya bisa menyatu kembali. Penyusun yang dalam hal ini sebagai penggagas ide untuk merancang karya baru adalah bermaksud untuk menuangkan gagasannya ke dalam karya musik yang didasari oleh berbagai pikiran dan alasan.

Arus perkembangan kesenian tradisional Banyumas secara siklis telah mengalami pergeseran nilai yang sangat sigifikan. Melihat perjalanannya yang kian waktu semakin menjauh dari akar tradisinya, penyusun merasa prihatin dengan keberadaaanya yang semakin lama semakin tampak terpuruk. Akibat kurang berimbangnya kemampuan masyarakat khususnya pelaku seni dalam menjaga keberlagsungan kekuatan lokal, maka kemudian secara perlahan-lahan kekuatan tersebut menjadi rapuh.

C. Manfaat

Upaya pengembangan bentuk kesenian tradisi agar tetap tidak terlepas dari budayanya tentu harus menggunakan strategi yang tepat dan kompromis. Salah satu kiat yang telah penyusun lakukan adalah mendekatkan diri langsung kepada pemilik keseniannya yakni dengan cara memberi rangsangan kreatif berupa konsep-konsep pengembangan kesenian tradisional melalui pendekatan inovasi. Kesenian Gandalia yang secara musikal dan pertunjukan dengan bentuk sederhana dan statis penyusun kembangkan ke dalam bentuk orkestra bambu, sehingga diharapan secara pertunjukan musik mampu menumbuhkan spirit dan suasana yang lebih dinamis tentu dengan mengedepankan aspek yang lebih substansial yakni nilai estetik dan filosofinya.

Berdasarkan hasil terwujudnya karya ini melalui perjalanan proses pelatihan yang sangat panjang, akhirnyabanyak diakui oleh masyarakat pemilik khususnya para pendukung karya bahwa mereka merasa mendapat berbagai ilmu dan pengalman baru yang sebelumnya tidak terbayangkan kalau bisa memahami cara-cara menyusun karya baru dan sampai dalam bentuk sebuah pertunjukan spektakuler. Selain bermanfaat bagi pelaku seni dan masyarakat pemilik seni gandalia, juga sebagai sumbangsihuntuk menambah kekayaan seni tradisi inovasi khususnya bagi pemerintah daerah Kabupaten Banyumas, dan umumnya pecinta budaya lokal. Dampak yang langsung direspon oleh Bupati Banyumas saat memberi tanggapan dalam pidatonya seuasi pertunjukan orkestra adalah menyampaikan dengan tegas bahwa hasil kolaburasi ini akan dipatenkan untuk menjadi kekayaan kesenian Kabupaten Banyumas, yang pada saat bersamaan juga langsung menugaskan pada stafnya untuk memproses hak paten tersebut.perbendaharaan pengetahuan masyarakat khususnya seniman daerah mengenai bentuk-bentuk karya baru yang bersumber dari kesenian lokal.

D. Dampak dari Pergelaran Orkestra Gandalia

Melalui proses kurang lebih tiga bulan yang semula Desa Tambaknegara hanya memiliki empat jenis instrumen dan empat orang pemain Gandalia, dengan kerja sama antar institusi akhirnya kegiatan pergelaran Lengger Dalam Kesungguhan mampu mencetak 40 pemain muda instrumen Gandalia, 15 vokalis tembang-tembang Gandalia, dan 40 buah instrumen baru Gandalia. Dampak yang dihasilkan tentu sangat positif karena disamping berhasil mencetak regenerasi pemain Gandalia, juga memberi pengalaman baru tentang kiat-kiat mengembangkan kesenian tradisi yang semula tidak diminati masyarakatnya menjadi bangkit kembali dalam nuansa yang lebih beradaptasi dengan selera jamannya.

E. Kerja Sama dengan Fihak Lain

Karya Gandalia dalam bentuk baru adalah dirancang sebagai bentuk keinginan akan sebuah perubahan yang lebih baik. Dalam rangka terciptanya karya ini tentu tidak hanya bisa mengandalkan satu bidang ilmu yakni seni musik atau tari saja, akan tetapi sangat diperlukan keterlibatan lintas bindang.Beberapa ahli bidang lain yang diperlukan dalam karya ini antara lain; bidang desain interior panggung, desain alat baru (tenaga ahli dibidang bambu khususnya untuk membuat instrumen Gandalia, bidang menejemen pertunjukan, seniman akademisi (Komunitas Pring Sedhapur), seniman lokal Banyumas, dan kerja sama dengan Dinporabudpar, Kemendikbud, Sanggar Seni Sabawana, Kabupaten Banyumas.

Dengan bentuk kerja sama ini akhirnya mampu menciptakan sebuah jenis pertunjukan yang spektakuler yang bernafas kedaerahan namun memiliki nilai artistik dan estetik yang tinggi, sehingga para seniman dan masyarakat pengunjung akan mendapat pencerahan serta informasi edukasi sebagai bentuk pengalaman baru dalam pendekatan modern. Aspek-aspek penggarapan dalam karya ini sengaja didesain baru dengan maksud agar kesenian tradisional (lokal daerah) yang selama ini dipandang terkesan kumuh menjadi segar, elegan dan dinamis.

PRA PENYUSUNAN

A.Langkah-langkah Kerja Penyusun

Didalam proses pelaksanaan sebuah kegiatan berkarya, terlebih dahulu saya menyusun program kerja, dengan tujuan agar semua kegiatan yang berkaitan dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh lembaga dapat berjalan dengan lancar. Dalam kurun waktu yang diberikan selama kurang lebih enam bulanpenyusun mencoba mengagendakan semua kegiatan yang diatur sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing.Oleh karena hal ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan program lembaga dan sudah tersusun secara pasti, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana kerja.

Adapun langkah-langkah kerja yang telah dibuat dalam rangka untuk mengatur semua kegiatan yang berkaitan dengan kekaryaan adalah menyusun jadual sebagai berikut:

Minggu/bulan

Kegiatan

Keterangan

Pertama/pertama

Tgl 5,6,7Juli 2013

Observasi/wawancara

Observasi (melihat secara langsung) pertunjukan kesenian Gandalia di Banyumas serta wawancara dengan tokoh seniman Gandalia dan beberapa tokoh lain termasuk budayawan setempat.

Kedua

Tgl 8 – 13 juli 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun