Mohon tunggu...
Pringgodigdo Ang
Pringgodigdo Ang Mohon Tunggu... -

negeri zamrud khatulistiwa sebuah novel terusirnya pemuda desa dari kampung halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resah di Musim Kemarau

27 November 2017   01:35 Diperbarui: 27 November 2017   01:41 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tiada setitik pun awan di langit.

Hamparan rumput terbakar matahari, setiap hari matahari melepaskan energinya tak terkendali seperti amarah seorang musafir pada kampung halamannya. Juga tanaman petani yang kurus kering, setengah daun layu menyentuh batang penyangganya.

Langit bersih, biru dan panas

Utara jawa pantainya tenang tak beriak seperti laut selatan, hanya saja ketenangannya melumpuhkan yang tumbuh di darat. Utara jawa tidak ada hamparan pegunungan seperti di selatan jawa, daerah dataran rendah yang dekat dengan pantai membuat panas tak ingin beranjak.

--,,--

Seekor kambing memakan sisa-sisa rumput yang mengering, bukan rumput kering karena tercabut atau dipotong dari akarnya, rumput itu mengering lantaran panas matahari tak henti-henti menyinari tanpa tersentuh air sama sekali. Tidak ada pilihan lain buat seekor kambing untuk memakannya karena memang hampir semua rumput kondisinya mengering. Begitu juga tidak ada pilihan lain buat bocah desa yang setia menanti seekor kambing-kambingnya kenyang memakan sisa-sisa rumput yang bertahan hidup setelah kenyang kemudian mengajaknya pulang.

Sembari berteduh dan memandaingi luasnya lahan padi yang gersang belum tertanami akibat kemarau panjang, si bocah kecil itu terus menerus menghitung kambingnya yang berjumlah empat ekor. Dalam hati dia gusar karena hujan belum ada tanda-tanda datang sedangkan rerumputan sulit sekali didapat. Dia gusar kalau hujan belum juga datang lama kelamaan rerumputan akan habis dan kambingnya tak ada lagi yang bisa dimakan.

Ganasnya kemarau panjang dan banyaknya wabah penyakit pertanian yang mempengaruhi hasil panen pertanian membuat penduduk desa sekitar seperti terusir dari kampungnya, lama kelamaan satu persatu pemuda-pemuda desa merantau ke luar negeri. Lahan-lahan yang menjadi mata pencarian penduduk desa sekitar hanya dikerjakan oleh orang-orang tua dan sebagian pemuda yang tidak mempunyai modal untuk menjadi TKI, pemuda desa yang masih bertahan di desa hanya mengandalkan menjadi buruh tani dan menggembala kambing saja. Banyak dari mereka juga putus asa bertahan di desa dengan merantau ke kota-kota besar di Indonesia, karena ongkos yang lebih murah disamping itu tidak ada pajak visa setiap tahunnya, hanya saja dibandingkan dengan penghasilan merantau di luar negeri masih jauh tertinggal. Tetapi bisa dikatakan pilihan yang lebih baik daripada menetap di desa dengan mengandalkan pertanian dan peternakan.

Matahari mulai sedikit bercondong ke barat, si bocah kecil melihat jam tangan sudah pukul 14.30 wib dan itu artinya dia harus bergegas pulang dan harus bersiap-siap untuk mengaji sore. Sembari menenteng karung berisikan rumput, si bocah dengan lihai menggiring kambing-kambingnya pulang.

Sesampai di rumah si bocah kecil itu langsung bergegas mandi, makan siang dan menuju ke mushola tempat dia belajar mengaji. ada sebuah pos dimana teman-teman mengajinya biasanya berkumpul di rumah temannya yang jaraknya paling dekat dengan musholla, mereka berkumpul sambil menunggu teman-temannya berkumbul dan ketika semuanya berkumpul mereka berangkat mengaji bersama-sama, laksana gangster dalam film "crows zero", namun ini sekumpulan bocah-bocah kecil yang mencari ilmu membaca al-qur'an dan hafalan ayat-ayat al-qur'an.

Sekitar tujuh anak yang berjalan bersama-sama menuju mushola tempat mereka mengaji, sambil menenteng tas berisikan al-qur'an dan satu buku tulis dan satu pensil tulis. Dalam perjalanan satu dari mereka gelisah penuh kecurigaan, biasanya jam segini sudah terdengar suara iqomat tapi suara iqomat tak kunjung terdengar. Dari kejauhan mushola yang mereka tuju sudah terlihat, dibalik jendela terlihat santri sudah berbaris melakukan sholat ashar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun