Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelajaran Meminta Maaf

29 April 2023   22:10 Diperbarui: 29 April 2023   22:12 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: School of Parenting

Pernahkah kita mengajarkan cara meminta maaf yang baik kepada anak-anak kita? Pertanyaan itulah yang menjadi ide awal dari sebuah puisi yang kubuat tahun 2018 lalu. Puisi itu kunaikkan di Kompasiana dan menjadi Artikel Utama. Begini isinya:

Sambil mengerjakan pekerjaan rumah  
pelajaran berikutnya, ia menunggu gurunya datang
Sebab ilmu baru akan segera ia kenali, sebuah
cara sederhana meminta maaf

Seumur hidup, ia tak pernah mengatakan itu
Teman-temannya yang ia benci begitu mudah
mengucapkan maaf setelah puas saling menyakiti
Ayahnya di rumah, kerap pulang dengan raut marah
Tapi tak pernah mengucapkan maaf pada ibunya yang ramah

Ia berterima kasih pada pemerintah
yang membuat kurikulum baru, pelajaran meminta maaf
Ia betul-betul ingin tahu arti maaf sebenarnya
Bagaimana seharusnya meminta maaf, apa kata yang perlu
diucapkan terlebih dahulu, bolehkah berkata maaf
sambil tersenyum, ataukah memang harus terpiuh-piuh
berurai air mata, sambil mengaduh-aduh

Sambil mengerjakan pekerjaan rumah
pelajaran berikutnya, ia belajar mengartikan debar
menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan
Tetapi, guru yang ia tunggu tak datang-datang
Lonceng berdentang, pelajaran meminta maaf
tertinggal dalam bayang-bayang

Hari itu, ia tak yakin benar-benar ada orang tulus
meminta maaf, ia tak percaya orang bisa
mengakui kesalahan, sambil membuka silabus
pelajaran berikutnya: pelajaran memberi maaf.

(2018)

Serius, tidak mudah mengajari anak-anak mampu mengucap maaf. Pada awalnya, ada keengganan seakan berat sekali bibir berucap. Di situ, sebagai orang tua, aku malah belajar, seorang anak yang polos menunjukkan memang pada dasarnya sangat sulit untuk mengakui diri kita salah. Kata maaf yang terlontar dari bibir orang dewasa, yang tampaknya mudah diucapkan, justru lebih berpotensi palsu. Sebaliknya, anak-anak yang tidak berpikir rumit, menunjukkan bahwa meminta maaf itu sulit sekali. Dan ketika mampu meminta maaf, berarti kita bersedia menundukkan ego kita, menyadari kesalahan yang kita perbuat.

Lalu bagaimana caranya mengajari anak-anak agar mampu meminta maaf?

Pertama, seringkali anak-anak belum mengerti ada kesalahan yang ia perbuat. Sebagai orang tua, kita perlu menjelaskan perbuatannya: bagian mana yang salah dan alasan kenapa itu salah. Meski tampak belum mengerti, jangan ragu untuk menjelaskan dengan detail mengenai sebab dan akibat perbuatannya tersebut.

Namun, yang perlu diingat adalah jadilah orang tua yang demokratis. Kita juga perlu mendengarkan versi kejadian dari anak-anak kita. Bisa jadi kita yang keliru dalam mempersepsikan perbuatan sang anak. Bila memang salah, sebagai orang tua, kita tidak perlu memakluminya. Katakan yang salah itu salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun