Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

NLP dan Pengalaman Menghadapi Gratifikasi

7 Januari 2022   21:32 Diperbarui: 8 Januari 2022   08:09 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Kanwil Ditjen Perbendaharaan Sumsel

Kalau ditanya apa yang paling kutakutkan ketika hendak menjadi CPNS, ialah jawaban dari pertanyaan: apakah idealismeku bisa bertahan jika mendapatkan lingkungan kerja yang koruptif?

Ada beban tersendiri sebagai anak STAN waktu itu. Tahun 2009, Gayus Tambunan dijadikan tersangka. Begitu heboh peristiwa itu sehingga aku tak luput sering dipanggil "Adiknya Gayus". Mungkin ada yang niatnya bercanda, tapi jujur saja, tak nyaman rasanya disamaratakan dengan penjahat. Apalagi saat itu jurusanku Akuntansi Pemerintahan (yang tetap sering disalahpahami seakan-akan semua anak STAN adalah anak Pajak, dan semua pegawai Kementerian Keuangan adalah Pegawai Pajak).

Ingatan tentang rasa kesal itu datang begitu tiba-tiba aku diminta berbagi dalam launching dan bedah buku "Menemukan Solusi dengan NLP" dalam konteks gerakan antikorupsi pada 9 Desember 2021 lalu. 

Dalam open class yang merupakan sinergi Kanwil DJPb Prov Sumatera Selatan dengan Balai Diklat Keuangan Palembang dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Sedunia Tahun 2021 itu aku terpikir untuk berbagi pengalamanku dalam menghadapi gratifikasi, meski sebenarnya aku diminta berbagi dari sisi penulisan.

Ada banyak yang tak terucap, dan sudah kuniatkan untuk ditulis, namun baru terealisasi saat ini.

Saat lulus, aku ditempatkan di Ditjen Perbendaharan, dan penempatan pertamaku adalah di KPPN Sumbawa Besar. Dulu KPPN lebih dikenal dengan nama kantor kas negara. Di sinilah persetujuan pencairan dana APBN itu dilakukan. Dan apa posisiku? Petugas Front Office Seksi Pencairan Dana! Yak, aku memeriksa dokumen pembayaran itu.

Basah? Nah, di sinilah aku bersyukur karena apa yang kukhawatirkan tidak terjadi. DJPb serius berubah, bukan sekadar basa-basi mereformasi birokrasi. Lingkungan kerja justru sangat kondusif untuk menjaga hati dalam berintegritas. Didukung dengan aku memiliki rekan kerja dan atasan yang luas biasa berintegritas saat menjadi newbie. Faktor keteladanan itu kudapatkan. Bahkan untuk hal yang sepertinya remeh: korupsi waktu.

Ya, pernah suatu saat aku telat datang bakda istirahat. Sekitar 15-20 menit. Aku langsung dipanggil kepala seksiku. Namanya Pak Ieng. Aku diberi wejangan untuk stand by, tepat waktu. Dan beliau memberi contoh dengan tidak pernah korupsi waktu.

Namun, bagi sebagian besar orang, cerita soal pelayanan prima itu seakan mitos. Tidak mungkin ada birokrasi yang sudah bersih. Dan persepsi itu memang masih ada di benak beberapa orang yang kulayani. 

Memang tidak wah, tapi godaan masih ada. Misalnya, pernah aku membantu memecahkan permasalahan aplikasi customerku. Setelah itu ada pulsa masuk 100 ribu. Tentu saja aku tahu dan langsung kumarahi dan kukembalikan. Pernah juga aku salah dalam mengakrabkan diri dengan customer. Pas sedang ngobrol santai, aku jadi tahu di kampungnya itu terkenal ada produksi kerupuk ikan yang paling enak di Sumbawa. Aku bilang nitip beli. Besoknya dia bawakan seplastik besar kerupuk ke kantor. Aku tolak. Dan saat pulang istirahat tiba-tiba plastik itu tercantel di gagang pintu rumah dinasku. Segera aku cari dan kejar dengan meminta bantuan satpam kantor untuk mengembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun