Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bermula dari Sebatang Pohon Khaya

20 Oktober 2021   21:23 Diperbarui: 3 November 2021   21:33 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khaya Senegalensis. Dokumentasi pribadi.

Bayangkan bila setiap rumah tangga memilih untuk tidak meng-konblok semua pekarangan mereka atau memanfaatkan semua lahan untuk bangunan, tetapi menyediakan petak kecil untuk sebatang pohon yang akan tumbuh rindang dan mampu meneduhkan dari terik matahari?

Yang kedua, adalah long-term time span issue, bahwa proses perubahan iklim terjadi dalam kurun waktu yang panjang, antara 50 sampai 100 tahun. Menanam pohon itu menjadi sebuah warisan panjang untuk anak cucu kita kelak.

Dalam hal ini, kita patut juga mengingat kisah Mbah Sadiman. Pria asal Wonogiri itu sendirian secara konsisten menanam pohon di bukit di dekat rumahnya. Pohon yang ditanam adalah pohon beringin. Meski dianggap gila, ia tidak peduli dan terus menanam pohon di lereng bukit hingga 250 hektar are. Lebih dari 11 ribu pohon sudah tumbuh besar dan tanaman lain mulai bisa berkembang di lereng bukit itu. Wilayah yang tadinya tandus itu kini pun asri dan berair.

Kita tidak perlu segila itu. Cukup satu jiwa tanam satu pohon, bahkan satu rumah satu pohon saja. Cita-cita Net-Zero Emissions yang populer semenjak Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris pada 2015 yang mewajibkan negara industri dan maju mencapai nol-bersih emisi pada 2050 itu akan lebih mudah diraih.

Kita lakukan hal-hal kecil yang bisa kita lakukan saja. Menanam pohon, membuat kompos dari limbah rumah tangga, menghemat listrik di rumah, menggunakan bahan bakar dengan oktan tinggi (yang tidak bersubsidi, karena itu juga bukan hak kita), kurangi konsumsi air minum dalam kemasan, hingga semakin paperless. 

Selanjutnya, hal-hal besar, kebijakan dan semacamnya, kita percayakan kepada pemerintah dan tugas kita menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun