Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bermula dari Sebatang Pohon Khaya

20 Oktober 2021   21:23 Diperbarui: 3 November 2021   21:33 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajari anak menanam pohon. Dokumentasi pribadi.

Bila reinkarnasi itu ada, kau ingin dilahirkan kembali sebagai apa?
Aku ingin sekali menjadi sebatang pohon...

Pernah aku punya seorang teman yang suka sekali berbincang filosofis. Berjam-jam waktu kami habiskan untuk membicarakan hal-hal semacam itu. Namun, beberapa bulan lalu ia telah pergi lebih dahulu. Dan aku teringat ucapannya itu. Apakah ia akan terlahir kembali sebagai sebatang pohon? 

Pertanyaannya terngiang-ngiang di kepala tatkala aku melihat sebatang pohon khaya yang tumbuh gagah di depan rumah orang tuaku. Aku ingat, bibit pohon itu kami tanam seusai PON tahun 2004. 

Saat itu, orang tuaku masih berdinas di Dinas Perkebunan, dan kebagian sisa bibit itu. Tak kusangka, lebih dari 15 tahun berlalu, dipangkas beberapa kali, pohon itu menolak mati.

Kubayangkan, bila setiap orang mati dilahirkan kembali menjadi sebatang pohon, mungkin apa yang ditakutkan Sri Mulyani dan banyak petinggi dunia tidak akan terjadi. Ya, di ESG Capital Market Summit Juli lalu, Sri Mulyani mengungkap ancaman yang perlu dikhawatirkan bagi seluruh negara di dunia yang selain pandemi Covid-19. Itu adalah perubahan iklim.

Perubahan iklim ini terjadi, salah satunya karena berkurangnya hutan. Pohon-pohon besar ditebangi. Peneliti utama dari WCS dan University of Queensland, Sean Maxwell mengatakan, perusakan hutan tropis yang masih utuh adalah bom waktu untuk emisi karbon. 

Data terbaru dari University of Maryland yang dapat diakses di Global Forest Watch menunjukkan bahwa daerah tropis kehilangan 12,2 juta hektar are tutupan pohon pada tahun 2020. Sialnya, 4,2 juta hektar atau setara dengan luas Belanda, termasuk kawasan hutan primer tropis basah yang memiliki peran sangat penting bagi penyimpanan karbon dan keanekaragaman hayati. 

Diperkirakan emisi karbon yang dihasilkan akibat kehilangan hutan primer tersebut setara dengan emisi tahunan yang dihasilkan oleh 570 juta mobil atau lebih dari dua kali lipat jumlah mobil di jalan raya di Amerika Serikat.

Hal besar semacam itu tentu jauh dari jangkauanku. Biarlah otoritas yang mengurusnya. Aku hanya bisa mengajarkan keluargaku untuk menanam pohon. Saat di Citayam, aku menanam beberapa pohon. Ada mangga, rambutan, dan kersen. Daun-daun yang gugur darinya tidak kami bakar. Istriku yang kebetulan rajin mencari pengetahuan, belajar membuat kompos sendiri. 

Dia membeli sebuah plastik kompos berwarna hijau. Di dalamnya, ia masukkan daun-daun kering terlebih dahulu. Lalu ia tambahkan sampah rumah tangga dari makanan sisa dan potongan bahan dapur dan sayuran. Tambahkan daun kering lagi. Lalu, beri tanah dan tambahkan air cuci beras sebagai bioaktivator. Sederhana bukan? Ini kami sempat videokan prosesnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun