Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Terdampar di Gorontalo Bersama Garuda Indonesia, Sebuah Kritik dan Apresiasi

17 Juni 2021   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2021   11:58 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Indonesia. Sumber: Kronologi.com

Bagaimana rasanya pesawat gagal berangkat? Pertanyaan itu akan memulai cerita pengalaman terdampar di Gorontalo bersama Garuda Indonesia beberapa hari lalu. 

Jumat, 11 Juni 2021, sudah terjadwal aku akan kembali ke Jakarta dari Gorontalo. Pekerjaan sudah selesai, bayangan rumah dan anak-anak yang telah menungguku nampak jelas di benak. 13:50, GA 643, itulah seharusnya jadwal keberangkatanku. Dari Gorontalo ke Makassar. Disambung dengan Batik yang berangkat 17:20. Karena telat memesan, aku tidak tahu kalau penerbangan Garuda dari Makassar ke Jakarta akan penuh.

Beberapa saat setelah masuk ruang tunggu, diumumkan bahwa penerbangan mengalami keterlambatan karena alasan operasional. Hingga pukul 14:50 barulah diumumkan kalau penerbangan batal diberangkatkan. 

Kudekati petugas Garuda di sana, kukatakan bahwa penerbanganku connecting dengan Batik pada pukul 17:20. Sang petugas mencatat nama dan nomor ponselku, nanti akan dihubungi. Kami disuruh menunggu saja.

Ini bukan pengalaman pertama ada masalah dalam penerbangan berkelanjutan dengan maskapai yang berbeda. Dulu, pernah waktu di Lombok hendak ke Bandung. Pesawat pertama Citilink menuju Bali, dilanjutkan dengan Lion Air menuju Bandung. Karena kondisi ada sebuah konferensi antar negara di Bali, penerbangan jadi hectic, dan harus ditunda hingga 4 jam. 

Kami berkomunikasi dengan pihak maskapai, dan pihak maskapai tersebut kemudian mengomunikasikan ke pihak Lion Air bahwa ada 17 orang penumpang yang statusnya connecting beda maskapai. Pada kenyataannya, sesampainya di Bali, kami telah ditinggal Lion Air. Setelah drama sampai ada yang mau melempar kaca dengan kursi, akhirnya tiket kami diganti ke Air Asia penerbangan tengah malam.

Aku pikir metodenya akan seperti itu. Pihak maskapai yang akan saling berkomunikasi dengan pihak maskapai lain. Ternyata tidak seperti itu.

Duduk menunggu kejelasan informasi adalah sebuah kesalahan besar. 

Informasi serba ambigu. Tidak jelas. Hingga pukul 17.00 kami duduk di ruang tunggu, sudah dikasih snack dan berkali-kali harus menjelaskan duduk persoalan. Namun, ruang tunggu sudah sepi. Ternyata apa yang terjadi? Ada aktivitas di bawah. Ketimbang menunggu dengan tertib dan ikut protokol kesehatan untuk tidak berkerumun, mereka melakukan komunikasi sendiri dengan pihak Customer Service, berangkat lebih dahulu ke hotel-hotel yang menjadi tanggung jawab Pihak Garuda.

Baru sekitar pukul 18.30, aku naik ke mobil untuk diantar ke hotel. Katanya, hotelku Maqna. Kembali ke kota Gorontalo. Hampir 1 jam lamanya.

Sementara itu, informasi soal penerbangan belum pasti. Apalagi dengan status penerbangan lanjutanku dengan Batik dari Makassar ke Jakarta. Berkali-kali aku dipingpong untuk komunikasi, mencatat sana-sini, dan kalimatnya selalu sama, "Nanti akan kami hubungi lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun