Dalam menu sahur atau pun buka di rumah, protein wajib ada dalam menu. Ikan menjadi yang paling favorit karena selain dapat memenuhi kebutuhan protein itu, ia bisa diolah menjadi berbagai menu.
Sejak kemarin, ada yang berasa kurang di lidahku. Sebagai orang Palembang sejati, kebiasaan ngirup cuka bersama pempek saat berbuka tentu sangat sulit dilepaskan. Biar dikata orang bakal kena maag, sensasinya tetap tiada tara. Karena itulah, aku bilang ke istriku, pengen berbuka dengan pempek. Beli di mana gitu. Tapi katanya, biarlah bikin sendiri. Oke.
Tadinya, kami berencana berbuka dengan mangut lele. Hanya saja, istriku kelupaan pesan ke warung di sebelah rumah. Jadinya kehabisan. Sementara kami masih merasa insecure bila harus ke pasar tradisional. Pandemi masih terasa menakutkan terlebih melihat orang-orang tidak peduli dengan tidak menerapkan protokol kesehatan.Â
Kebetulan pula, salah satu tetanggaku berjualan ikan laut. Dia memang kerja di Kelautan dan Perikanan sehingga punya akses mendapatkan ikan-ikan laut segar. Istriku pesan tenggiri dan tuna. Masing-masing setengah kilogram.
Tadinya kupikir, tunanya yang bakal digulai. Tenggiri, seperti biasa, adalah bahan baku paling umum untuk pempek. Ternyata sebaliknya. Tenggirinya yang digulai. Tunanya jadi bahan dasar pempek.
Sementara untuk pempek, kami gunakan rumus 1:1 antara ikan dan tepung. Ikannya digiling lalu diadon dengan tepung. Setelah itu direbus hingga mengambang. Baru digoreng.
Sayangnya, setelah matang, kami baru menyadari ada yang kurang. Cuka yang kami simpan di kulkas (dibawa dari Palembang) ternyata sudah nggak ada. Kayaknya nggak sengaja terbuang pas bersihin kulkas sebelum Ramadan. Alamakjang!