Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Susi Tolak Ekspor Bibit Lobster

16 Desember 2019   13:30 Diperbarui: 18 Desember 2019   18:48 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susi Pujiastuti. Sumber: Kompas.com

Susi Pujiastuti kembali mendapat dukungan publik, tatkala cuitannya yang menolak ekspor bibit lobster ke  dicuit ulang oleh warganet. Videonya ketika menyosialisasikan pentingnya menjaga bibit lobster demi kehidupan nelayan Indonesia pun kembali viral.

Sebelumnya, pada awal September, muncul pemberitaan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru, Edhy Prabowo, memberi sinyal akan membuka kembali kebijakan ekspor benih lobster. Ekspor benih lobster, dulu pernah dilarang menteri sebelumnya, Susi Pudjiastuti. Wacana ekspor lobster itu juga diucapkan Menko Maritim, yang mengatakan "lebih baik diekspor, daripada digelapkan."

Edhy Prabowo mengatakan, ada laporan perdagangan gelap bibit lobster ke Vietnam melalui Singapura. 80% perdagangan bibit Lobster tersebut berasal dari Indonesia yang  dijual dengan harga sekitar Rp3.000 sampai Rp5.000 per benih dari Indonesia. Padahal, para pembeli di negara tetangga membelinya dengan harga mencapai Rp139 ribu per benih. 

Dengan fakta itulah, wacana penjualan bibit lobster muncul daripada "rugi" diedarkan secara gelap. Pemerintah pun melalui Kementerian Keuangan bisa menarik pajak dan bea keluar atas ekspor benih lobster tersebut. Sementara, perdagangan akan diatur melalui sistem kuota agar tidak menghabisi benih di dalam negeri.

Namun, Susi bereaksi. Susi sendiri menerbitkan peraturan menteri untuk melarang ekspor lobster di bawah 200 gr/ekor bukan tanpa alasan.

Sebelum tahun 2000, Indonesia mengekspor ribuan ton lobster ke Jepang. Setelah tahun 2000, Indonesia banyak menjual Lobster hidup ke Hong Kong. Harga Lobster terus naik karena jumlah lobster jauh turun. Harga lobster hidup makin mahal. Pengambilan bibit besar-besaran menyebar di wilayah selatan Jawa dan barat Sumatera," kata Susi melalui Twitter-nya (14/12/2019). 

Perbandingan angka keuntungan negara yang coba ditunjukkan Pemerintah saat ini pun dibantah oleh Susi. Perbandingan dari 5000 ke 139 ribu itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan lobster dewasa.

"1 backpack bibit lobster +_ min 8.000 ekor Rp-nya sama dengan 2 harley = 60 Brompton, kalau bibit ini tidak diambil, di laut & jadi besar nilai jadi minimal 20 harley = 600 brompton, tidak usah kasih makan, Tuhan yang memelihara, manusia bersabar, menjaga pengambilannya. Tuhan lipatkan gandakan."

Terlebih, dalam jangka panjang, soal bisnis lobster itu bukan cuma setara Harley, tapi bahkan ratusan triliun rupiah bahkan lebih dengan melibatkan nasib laut Indonesia dan seluruh pelakunya, terutama nelayan Indonesia. PPATK pun mengungkapkan mencatat adanya aliran dana dari hasil penyelundupan ekspor benur lobster mencapai Rp 900 miliar.

Lucu juga sebenarnya, karena ini sama saja dengan "Ada tikus di lumbung. Lumbungnya yang dibakar."

Jika fakta penyelundupan bibit lobster terjadi, kenapa tidak keamanaannya yang diperketat, sanksinya diperberat, sehingga semua pelaku penyelundupan dapat merasakan jera?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun