Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Karena Anies "Berbahaya"

23 Juli 2019   14:23 Diperbarui: 23 Juli 2019   14:36 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuitan Ernest Prakasa tiba-tiba menjadi perhatian banyak orang. Komika tersebut sempat mencuit sindiran kepada Gubernur Jakarta mengenai pembelian dua buah pohon asal Afrika senilai 1,5 Milyar. Postingan itu hadir di akun twitternya pukul 00.31 tengah malam 22/7/2019. 

Namun, cuitan tersebut salah sasaran karena belanja pohon tersebut merupakan berita lama saat Jakarta masih dipimpin Pak Basuki. Sontak, hal tersebut mengundang risakan warganet, meski Ernest Prakasa kemudian menghapusnya.

twitter @exelflores21
twitter @exelflores21
Masih segar pula dalam ingatan kita cuitan lain dari Lambe Satire perihal parkir laki-laki dan perempuan yang dipisahkan di Depok. Mungkin karena sang pencuit tidak belajar Geografi, ia tidak bisa membedakan Depok dan Jakarta sampai harus meminta pertanggungjawaban Anies atas pemisahan parkir tersebut.

Belum habis ingatan itu, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, ikut-ikutan menyindir Anies karena sering keluar negeri. Padahal tidak ada wakil. Setelah memberikan jawaban bahwa perjalanannya keluar negeri sudah mendapatkan izin Mendagri, Tjahjo Kumolo menjelaskan bahwa kalimatnya hanya dipelintir oleh media massa tanpa bermaksud menyinggung Anies.

Politik Telah Kehilangan Makna
Politik telah kehilangan makna dan substansinya. Seorang teman pernah berkata, yang bikin politik kita kacau adalah para buzzer politik. Mereka menggunakan pengaruhnya hingga membuat orang tidak melihat substansi saat mendukung atau menolak sesuatu. Berbagai stratagem dilakukan untuk menyesatkan pikiran publik.

Dalam kasus pohon tadi misalnya, sesungguhnya sangat sah mengkritik apakah dana 1,5 milyar itu terlalu mahal atau tidak untuk membeli 2 buah pohon. Apakah dampak dari pengeluaran uang tersebut bisa diukur manfaatnya? Namun, yang terjadi adalah bukan substansi itu yang dibincangkan publik. Berbondong-bondong orang menyalahkan hanya karena "siapa" orang yang membeli pohon tersebut.

Lebih jauh ke belakang, pembelian kotak sampah dari Jerman oleh Pemprov DKI. Publik pun merisak. Namun, secara prosedur, hal itu sudah sesuai dengan panduan. Jika ingin melihat substansi, poin kritik adalah apakah e-katalog yang digadang-gadang dapat memecahkan permasalahan pengadaan barang dan jasa masih bisa diandalkan atau justru berpotensi monopoli dan overpricing?

Soal parkir, jika Lambe Satire tetap berpegang teguh bahwa parkir tidak seharusnya dipisah, setelah meminta maaf ke Gubernur Jakarta, harusnya ia mengarahkan kritiknya ke Gubernur Jawa Barat atau Walikota Depok. Tapi, hal tersebut tidak dilakukan.

Begitu pula soal Getah-Getih (atau Getih-Getah?), pemasangan seni instalasi bambu sudah dilakukan di event Frankurt oleh pemerintah Indonesia juga. Sudah dilakukan pula di Bandung. Lalu kenapa baru sekarang sebagian warganet merasa risih dengan hal tersebut?

Karena Anies "Berbahaya"
Terlepas dari bagaimana karakter Anies, suka atau tidak kita dengannya, Anies punya modal besar untuk melaju di 2024. Saat ini, tidak ada tokoh dengan modal awal sebesar Anies. Jika Prabowo tidak maju lagi, konstituen Prabowo sebagian besar akan beralih ke Anies.

Hal inilah yang perlu direduksi sedemikian rupa. Sehingga apapun kejadiannya, biarlah Anies yang salah, atau Anies tidak melakukan apa-apa kok di Jakarta. Pola penanaman pesan ini dirancang. Meski pihak Anies pun tampak mencoba menanamkan pesan sebaliknya. Yang kedua-duanya tentu tidak boleh kita telan mentah-mentah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun