Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Romantisme Takjil dalam Kenangan Kami

12 Mei 2019   20:09 Diperbarui: 12 Mei 2019   20:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Istilah takjil (yang sebenarnya keliru secara etimologi) baru kukenal saat jadi anak Rohis di SMA. Takjil di kemudian hari menyimpan kisah yang tidak mungkin kulupakan.

Sebagai anak kos, kantong selalu tipis. Bulan puasa bukanlah bulan hedon, yang membuatku bisa berbelanja bebas di sepanjang jalan Taman Sari. Berbagai panganan dijual. Berbagai es dijajakan. Bila dilihat, air liur ingin menetes.

Namun, ya, semuanya hanyalah pandangan mata.

Setiap hendak berbuka, aku hanya bisa mengantre dari masjid ke masjid. Paling sering ya di Masjid Salman. Penuh anak-anak ITB. Kami akan mengantre demi seporsi kolak dan beberapa butir kurma beserta segelas air mineral. Setelahnya, kami akan tunaikan salat Magrib sebelum makan malam, tarawih, lalu pulang ke kos.

Kuungkapkan kisah itu saat kami terpaksa berteduh sore tadi. Niat hati berburu takjil ke Bojongsari. Berbuka di Ampera sambil cari susu buat anak di Giant. Namun, belum sampai setengah perjalanan hujan mengguyur begitu derasnya. Kami melipir di tempat terdekat di Pengasinan. Lesehan sederhana ada di sana.

Kami sama-sama pernah berkuliah di ITB. Bedanya dia keluar lewat Sabuga. Aku keluar tanpa terduga.

Setelah keluar dari ITB, bahkan kebiasaan berbuka pum berubah. Bisa dibilang begitu bedug berbunyi, aku boro-boro minum sirup, segelas air putih hangat jadi pembuka. Setelah itu makan malam seperti biasa.

Hari in keluar, karena tiga hari kemarin tidak berbuka bareng keluarga. Tugas mengantarkanku ke Lombok dan rasanya, ada yang hilang kala berbuka tanpa keluarga.

Lesehan Citra Nusantara di Pengasinan, Depok

Setelah membuka jaket yang setengah basah, aku melihat menu. Makanan kesukaanku, ayam bakar madu jadi pilihan utama. Istriku memesan ikan nila bakar sementara anakku tidak ketinggalan memesan sop iga kesukaannya. Sayangnya hari ini ia gagal puasa. Dini hari tadi, ia tak mau dibanguni sahur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun