Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dokter Gamal dan Membingkai Pembacaan Data

7 Januari 2019   11:27 Diperbarui: 8 Januari 2019   04:10 4077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : twitter/drgamal

Postingan dokter Gamal viral dengan tajuk luka Indonesia, ia mengungkapkan beberapa data. Salah satunya adalah tentang pertumbuhan utang luar negeri Indonesia.

Data yang disajikan dokter Gamal benar. Namun, data bisa dibaca dengan beberapa cara. Ia bisa menghasilkan tafsir yang berbeda kalau kacamata yang dipakai juga berbeda.

Postingan dokter Gamal tersebut menuai kritikan karena dalam infografis yang ia suguhkan, tak ada nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sana. Dengan cara itu, seakan-akan, utang luar negeri Indonesia melonjak lebih dari 3000 Trilyun pada masa pemerintahan Joko Widodo.

Lalu berapa sebenarnya jumlah utang pada pemerintahan SBY? Nilai utangnya sebesar Rp2.608 triliun. Sehingga dari angka ini, kita bisa dapatkan peningkatan Rp1.310 triliun pada masa SBY dibanding masa Megawati. Sedangkan peningkatan pada era Jokowi hingga November 2018 sekitar Rp1.700 triliun.

Tanpa menghilangkan SBY dari infografis pun sebenarnya Dokter Gamal benar. Kalau dilihat dari nominal saja, pertumbuhan utang luar negeri tertinggi memang ada pada era Joko Widodo.

Kacamata Lain dan Perbandingan

Dari angka ini, sebenarnya kita bisa menafsir banyak hal jika kita memberikan variabel lain sebagai perbandingan. Misalnya saja, rasio yang sering digunakan adalah rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto: 

- PDB pada masa Soeharto berada di kisaran Rp 955,6 triliun ~ 57,7%
- PDB pada masa Habibie berada di kisaran Rp1.099 triliun ~ 85,4%
- PDB pada masa Gusdur berada di kisaran R1.491 triliun ~77,2%
- PDB pada masa Megawati berada di kisaran Rp2.303 triliun ~ 56,5%
- PDB pada masa SBY berada di kisaran Rp10.542 triliun ~ 24,7%
- PDB pada masa Jokowi berada di kisaran Rp14.745,9  triliun ~ 29,74% 

Nah, jika kita hanya memandang dari angka, kita harus memberikan apresiasi yang besar untuk pemerintahan SBY. Secara teori, utang berkorelasi positif dengan pertumbuahn ekonomi. Kenaikan utang seyogiyanya diiringi dengan kenaikan Produk Domestik Bruto. Dalam hal ini, selama 10 tahun pemerintahan SBY, dengan penambahan utang 1310 triliun, PDB Indonesia bertambah lebih dari Rp8.200 triliun. 

Rasio utang SBY pun paling rendah yakni 24,7%. Sementara itu, pada era Jokowi, selama 4 tahunan, utang bertambah sekitar Rp1.700 triliun dan menghasil penambahan PDB sebesar kurang lebuh Rp4.200 T.

Kalau melihat dari sudut pandang ini, dan hanya dari angkanya saja, dengan tambahan utang lebih rendah, penambahan PDB lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun