Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Harrison Bergeron oleh Kurt Vonnegut

24 Oktober 2018   07:48 Diperbarui: 24 Oktober 2018   08:05 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penerjemah: Pringadi Abdi

Tahun 2081, dan semua orang akhirnya setara. Mereka tidak hanya setara di hadapan Tuhan dan hukum. Mereka setara dalam segala hal. Tak ada seseorang yang lebih pintar dibandingkan yang lain. Tidak pula ada seseorang yang lebih tampan atau cantik. Segala kesetaraan ini mengacu pada amandemen Undang-Undang Dasar ke-211, 212, dan 213, dan berada dalam pengawasan yang ketat dari agen-agen Direktorat Jenderal Kecacatan Amerika Serikat.

Sesuatu tentang kehidupan masih tak baik-baik saja. Contohnya, April, orang-orang merasa gila karena tak kunjung ada musim semi. Dan pada bulan yang lembap itu, orang-orang dari Ditjen Kecacatan membawa anak laki-lakinya Hazel Bergeron yang masih berusia 14 tahun, Harrison, pergi.

Tragis memang, tetapi George dan Hazel tidak bisa berpikir keras tentang itu. Hazel punya kecerdasan di bawah rata-rata, atau artinya dia tidak bisa berpikir kecuali pikiran-pikiran pendek. Dan George, ya meski kecerdasannya jauh di atas normal, dia punya masalah di telinganya. Dia dipasangkan alat bantu pendengaran (semacam radio) sepanjang hidupnya. Alat pendengaran itu sudah diatur ke siaran pemerintah. Setiap dua puluh detik kira-kira, akan dikirimkan bunyi-bunyi yang berisik untuk membuat orang seperti George tidak bisa mengambil keuntungan yang tidak adil dari otaknya yang cerdas itu.

George dan Hazel sedang menonton televisi. Air mata Hazel jatuh di pipi, dan dia telah lupa momen apa seharusnya mereka hadapi saat ini.

Di layar televisi ada sekelompok balerina.

Bunyi keras mendobrak kepala George. Pikirannya panik seperti para bandit ketika alarm pencuri berbunyi.

"Indah sekali tarian itu, tarian yang baru mereka lakukan itu lho," kata Hazel.

"Huh?" ucap George.

"Tariannya... bagus," kata Hazel.

"Yup," ucap George. Dia mencoba berpikir sedikit tentang balerina. Rasanya mereka tidak bagus-bagus amat, tidak lebih baik dari siapapun yang pernah dilihatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun