Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja Terakhir di Dunia

25 Februari 2018   17:17 Diperbarui: 26 Februari 2018   00:55 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pestcontrolid

"Ceritakan kepadaku tentang senja..." pinta Alina kepadanya.

Tukang cerita itu terkejut. Dulu sekali, seseorang pernah meminta hal yang sama. Dan saat itulah ia menceritakan kisah Alina dengan Sukab---kisah yang membuatnya harus berhadapan dengan polisi, karena ternyata saat itu Sukab tak terima persoalan pribadinya diungkap ke publik. Ia terpaksa harus meringkuk di penjara setelah didakwa bersalah atas pencemaran nama baik. 

Kini, setelah dua puluh tahun berlalu---dan ia pun bebas, tak disangka-sangka Alina menyambutnya di pintu keluar. Alina sudah keriput dan beruban. Meski masih tampak sisa-sisa kecantikan di wajahnya.
"Senja adalah..." Kata-kata itu terhenti. Ia tak sanggup meneruskan cerita. Ia menangis sambil memandangi Alina yang diam-diam ia cintai itu.

***

Sudah beberapa tahun terakhir ini senja menghilang dari bumi. Bukan cuma sepotong. Tetapi seluruhnya. Tanpa disangka, akibat ceritanya dua puluh tahun silam itu, hampir semua laki-laki di dunia berlomba-lomba menggunting senja untuk diberikan ke pacarnya. Ada-ada saja alasannya. Ada yang kepengen balikan lagi. Ada yang digunakan untuk pelet alias pengasihan. 

Ada juga yang cuma dihadiahkan di hari ulang tahun sang pacar, dimasukkan ke dalam pigura, dan dipajang di dalam kamar.
Tukang cerita itu memandangi sekeliling. Banyak hal yang berubah. Dua puluh tahun lalu, becak masih di mana-mana. Sampai suatu hari, ia pun harus menceritakan kepunahan dan itu mengenai kisah tukang becak terakhir di dunia, juga kepada Alina---yang kerap mengunjunginya di penjara. Kini, semuanya tinggal cerita, jalan-jalan layang dibangun, gedung-gedung pencakar langit bertebaran, dan jalan melewati gang menuju rumah Alina pun harus ditempuh dengan naik bajaj. Tetapi, mereka memilih berjalan kaki.

"Sudah dua puluh tahun ya?"
"Dan kamu tidak menua."

Ia diam sebentar. Dilihatnya selokan. Airnya memang masih cukup bening karena mengalir dan kotorannya mengendap. Ia perhatikan wajahnya dan memang tidak banyak berubah. Hanya tumbuh kumis dan jambang yang memanjang. Janggutnya pun menjuntai tak terurus.

"Apa yang ingin kamu ketahui tentang senja?"
"Kesedihan."
"Sukab?"

Alina menggeleng. "Ada banyak hal yang terjadi selama dua puluh tahun ini. Kisah Sukab sudah kuanggap berakhir."
"Di dunia kappa, hukum berlaku dengan terbalik. Perasaan pun demikian. Hal-hal yang sering kita anggap lucu dan tidak serius justru dianggap serius. Sementara hal-hal yang serius, menyedihkan dan menyengsarakan dianggap lelucon terbaik di sana."
"Kappa? Di negeri ini mana ada Kappa."

"Tidakkah aku pernah bercerita kalau aku pernah keliling dunia?"
"Kamu bahkan tidak pernah bercerita apa-apa tentang dirimu kepadaku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun