Mohon tunggu...
Yohana Krisna A S
Yohana Krisna A S Mohon Tunggu... Guru - Guru muda yang idealis

Salah satu penulis kumpulan cerpen Color of Heart (2011, Universal Nikko), Malang Dalam Aksara (2017, AnisaAE Publishing). Sarjana Keguruan, sedang mendalami Bahasa Inggris dan Dunia Anak-Anak. *Y Kriesta S*

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari yang Muda

19 November 2018   13:14 Diperbarui: 19 November 2018   13:34 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini dengan derasnya arus informasi, perbedaan generasi dan perubahan zaman menjadikan pendidikan kita juga dinamis. Banyak model dan metode belajar yang kita adopsi dari negara seberang namun tetap tak meninggalkan gagasan yang ditinggalkan oleh Bapak Pendidikan kita. 

Dengan banyaknya ragam model pembelajaran yang berkembang, nyatanya masih banyak guru terpaku pada model pembelajaran lawas dimana guru senang dianggap sebagai "Yang Serba Tahu", padahal banyak kesalahan konsep dalam pembelajaran terjadi karena guru merasa tidak perlu belajar. Banyak guru kelabakan menjawab pertanyaan generasi muda yang mulai kritis dan ingin tahu, sebagian ingin tahu karena apa yg dijelaskan oleh guru mereka berbeda dengan apa yang mereka baca dari internet.

Guru generasi lama merasa bahwa anak-anak generasi sekarang jadi banyak bertanya, sok pintar, dan tidak mau mendengarkan gurunya, hanya karena siswa bertanya hal yang tidak diketahui oleh guru yang bersangkutan. Lantas, pantaskah seorang pendidik menyalahkan anak didiknya? Pantaskah seorang pendidik memberi label pembangkang hanya karena seorang anak banyak bertanya?

Saya juga seorang pendidik. Sebagai pendidik, sudah menjadi tugas saya mengarahkan siswa untuk menjadi sejalan dengan tujuan pendidikan. Dengan berbekal hal yang saya pelajari selama kuliah, ditambah pengalaman saya selama menjadi siswa, saya mencoba memposisikan diri sebagai anak-anak, seperti yang dosen saya dulu pernah ajarkan. Seringnya saya tidak belajar sebelum mengajar, saya belajar langsung bersama anak-anak. 

Awalnya mungkin saya merasa baik-baik saja, "Ah cuma anak-anak. Mereka tau apa." Demikian pikiran saya saat itu. Namun yang terjadi di kelas sungguh diluar dugaan saya. Anak-anak lebih banyak tau dari yang saya tau. Mereka menanyakan hal-hal diluar pengetahuan saya selama ini. Dan hal tersebut akhirnya membuat saya sadar bahwa, bukan hanya kita yang berkembang, bukan hanya peradaban kita yang maju, tapi juga ilmu pengetahuan dan pola pikir kita.

Setelah saya mendalami dunia anak-anak, belajar bersama dengan mereka, saya sampai pada satu kesimpulan bahwa; guru bukanlah makhluk yang serba tahu. Guru sama dengan siswa, sama-sama butuh belajar, sama-sama melakukan kesalahan. Pembelajaran yang terus menerus bukan hanya untuk siswanya, tetapi juga untuk pendidiknya. 

eperti saya yang tidak segan menegur anak-anak jika mereka terlambat atau melakukan kesalahan. Saya juga meminta hal yang sama diterapkan kepada saya. Saya mengijinkan anak-anak untuk mengingatkan saya, jika saya secara tidak sengaja mengeluarkan kata-kata tidak pantas, atau saya terlambat, atau saat saya terlalu cepat menjelaskan. 

Di setiap awal pembelajaran, saya pun tidak segan mengakui kepada anak-anak bahwa mungkin saya tidak tahu segala hal di dunia, dan mengajak mereka untuk belajar bersama dengan saya. Dalam pembelajaran kami, terkadang terjadi pertukaran informasi antara saya dan anak-anak. Pertukaran informasi ini memperkaya saya dan juga anak-anak.

Dari metode pembelajaran yang saya lakukan tersebut, dampaknya adalah, anak-anak tidak malu bertanya dan mencari sendri jawaban yang mereka butuhkan. Saya bisa menerima anak-anak dalam dunia saya, sebagaimana saya diterima baik dalam dunia mereka. Pembelajaran sikap dan pengetahuan yang saya ajarkan lebih bisa mereka terima. Saya mengajarkan mereka untuk belajar dari hal-hal kecil, bukan secara lisan, tapi saya buktikan dengan saya sendiri belajar dari mereka.

Kita selalu merasa lebih tinggi dari anak-anak, maka kali ini biarlah saya yang muda, dan idealis ini mengajak anda untuk mau belajar dari yang muda, belajar dari yang kecil. Tidak ada salahnya, bukan? Pengetahuan kita hanya menunjukan sejauh apa kita belajar, tapi sikap kita untuk mau terus belajar akan menuntun kita kepada identitas kita sesungguhnya.

Salam.....
^^

Malang, 19 November 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun