Mohon tunggu...
Princes Aurel
Princes Aurel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Akuntansi - Universitas Pembangunan National "Veteran" Jakarta

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Kesehatan Mental di Kalangan Wanita

3 Oktober 2022   16:29 Diperbarui: 3 Oktober 2022   16:54 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Setiap orang memiliki kesehatan mental seperti halnya kesehatan fisik, kita perlu menjaga dan memeliharanya. Lalu apa itu kesehatan mental? menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.

Lalu apa hubungan kesehatan mental dengan pandemi Covid 19? Dampak dari pandemi COVID-19  telah, dan masih, mempengaruhi populasi di seluruh dunia, kelompok-kelompok tertentu, termasuk ras dan etnis minoritas. Tidak hanya itu, minoritas gender juga telah terkena dampak. Laporan dalam edisi IJMH menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pria, wanita telah terkena dampak pandemi secara tidak proporsional dan pembatasan secara global. Ketidaksetaraan gender ini dapat memicu stres tertentu yang bisa mengganggu kesehatan mental seseorang.

Wanita mungkin terpapar stres terkait COVID-19 yang bersifat gender. Secara khusus, Nyashanu et al. (2021) melaporkan bahwa selama penguncian COVID-19, perempuan di Zambia terpapar peningkatan kekerasan dalam rumah tangga, serta stres mengelola anak-anak di dalam ruangan. Senada dengan hal tersebut, Al-Amer dkk. (2021) juga melaporkan bahwa di antara perawat wanita Yordania, depresi, kecemasan, dan stres selama pandemi Covid-19 meningkat.

Jadi, wanita telah terbukti memiliki risiko lebih besar akan gangguan kejiwaan, hasil yang dilaporkan dalam edisi IJMH ini menunjukkan bahwa ini berlaku dalam konteks pandemi COVID-19, di seluruh dunia. Laporan-laporan ini juga menunjukkan peran faktor stres di berbagai tingkatan, serta ketidaksetaraan tenaga kerja dan budaya kekerasan terhadap perempuan. Dari data awal ini juga kita dapat mengetahui bahwa perlunya menyoroti pekerjaan tambahan untuk mengeksplorasi faktor-faktor kerentanan yang bisa mengakibatkan kesehatan mental jadi terganggu.

Misalnya sistem perawatan kesehatan mental tampaknya tidak dapat merespons kebutuhan ibu dengan tepat selama pandemi COVID-19, gagal menerapkan strategi untuk mendukung kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual ibu hamil. Pada saat yang sama, sistem pendidikan beralih ke home-schooling, sementara rekomendasi kesehatan masyarakat meningkatkan beban merawat orang tua karena usia mereka yang paling dibatasi dalam hal jarak sosial. Baik pengasuhan anak dan pengasuhan orang-orang yang rentan secara tidak proporsional dilakukan oleh perempuan. Dengan demikian berbagai sistem berkontribusi terhadap stres yang diperparah dan penurunan dukungan bagi perempuan selama pandemi, yang mengakibatkan kondisi kesehatan mental yang buruk.


Mengingat perbedaan gender dalam risiko dan hasil ini, intervensi lintas tingkat termasuk kebijakan harus diterapkan untuk membantu mengurangi ketidaksetaraan gender yang muncul dalam konteks pandemi COVID-19. Pemerintah harus menerapkan langkah-langkah efektif untuk mencegah dan mengatasi kekerasan berbasis gender dan kekerasan dalam rumah tangga. Kesinambungan layanan kesehatan dan pendidikan inti harus dipastikan bahkan selama masa krisis, menjaga sekolah tetap buka untuk mengurangi beban pengasuhan anak dan bertindak sebagai pusat komunitas untuk menghubungkan individu dengan layanan. Upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa perempuan dan individu minoritas gender diskrining untuk tekanan psikologis.

Pandemi COVID-19 telah menyoroti kelemahan sistem perawatan sosial dan kesehatan di seluruh dunia, memperburuk disparitas terkait gender dalam risiko kesehatan mental. Namun, ini telah memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi kesenjangan paling kritis di bidang ini. Menggunakan pengamatan ini untuk menginformasikan strategi jangka panjang untuk mengurangi kesenjangan gender ini, dan mempersiapkan sistem perawatan kesehatan pada tingkat yang lebih luas sangat penting dari perspektif keadilan sosial, dan untuk mengantisipasi situasi krisis kesehatan serupa di masa depan.

Tetapi ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan kesehatan mental itu sendiri, yaitu ;
1.Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
2.Memelihara pikiran yang positif.
3.Menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar.
4.Istirahat dengan cukup.
5.Mencari bantuan professional jika dirasa mengalami gejala gangguan kesehatan mental.

Jadi kesehatan mental yang sehat dan positif penting untuk dimiliki karena hal itu memungkinkan orang untuk bekerja secara produktif. Ini termasuk memberikan kontribusi yang berarti bagi komunitas kita, mewujudkan potensi kita sepenuhnya dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup. Pentingnya kesehatan mental digaungkan oleh WHO melalui definisi kesehatan mereka yang menyatakan: "Kesehatan adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun