Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup di Tengah Pandemi Covid-19 Tak Semudah Menulis Tagar di Media Sosial

26 Juli 2021   10:32 Diperbarui: 26 Juli 2021   11:00 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adakah mereka yang sering menghimbau persatuan dan menulis tagar penyemangat itu bisa menjawab keluhan "Tuhan Aku Lapar"? (foto: Inews.com)

Hampir setiap orang di dunia menghadapi badai pandemi Covid-19, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tapi, kita semua menghadapinya dengan menumpang perahu yang berbeda.

Ada yang santai karena naik perahu yang besar, lengkap dengan segala macam isi kebutuhan pokok yang mencukupi. Ada yang selalu diliputi rasa khawatir, karena ia naik sampan kecil dengan satu dayung dan layar yang sobek di sana-sini. Gelombang badai mengayunkan sampannya hingga kadang hampir terjungkal.

Di saat segelintir orang bermain-main dengan tagar di media sosial, meneriakkan kata-kata motivasi agar tetap semangat menghadapi badai krisis Covid-19 di tanah air, lebih banyak lagi yang berjuang di kehidupan nyata. Mereka berjuang demi mempertahankan hidup mereka. Perjuangan yang mungkin tidak akan pernah bisa dilakukan mereka yang hanya bisa mengetikkan kata-kata.

Begitu pula dengan keadaan bangsa kita. Bahkan setelah lebih dari 2 tahun kontestasi pemilu yang memecah belah anak bangsa, di saat krisis Covid-19 tengah mencapai puncaknya, bangsa kita masih belum bisa bersatu untuk bisa menghadapi krisis ini bersama-sama.

Mudah untuk berkata, "Mari kita bersatu menghadapi Covid-19". Mudah untuk mengetikkan tagar semangat #TolakBenderaPutih agar masyarakat tidak menyerah menghadapi ancaman pandemi Covid-19 yang semakin merajalela. Tapi di kehidupan nyata, sangat sulit mewujudkannya. Adakah mereka yang gemar menuliskan tagar-tagar penyemangat itu bisa mengerti makna kelaparan? Adakah mereka yang sering menghimbau persatuan itu bisa menjawab keluhan "Tuhan Aku Lapar"?

Kita sepertinya terlihat bersatu, padahal bercerai berai. Kita sepertinya terlihat rukun, padahal sedang bermusuhan. Kita terlihat tersenyum ketika berhadapan, padahal hati kita saling menyimpan dendam membara.

Ada sebuah ungkapan, "Sebagian membangun, sebagian lain ikut merusak, lalu kapan bangunan itu bisa terwujud?"

Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan keadaan negara kita dalam menghadapi krisis Covid-19. Keadaan inilah yang digambarkan Allah dalam firman-Nya, 

"Tahsabuhum jamii'an waqulubuhum syatta". 

"Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah". (QS. Al Hasyr: 14).

Krisis Covid-19 ini hendaknya kita pandang sebagai kesempatan kedua yang diberikan Allah kepada kita semua. Kesempatan yang mungkin tidak akan kita dapatkan kembali.

Waktu memang tidak bisa kita putar, tapi Allah selalu memberi kita kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, dan memulai hidup baru yang penuh kebaikan agar kita bisa menebus dosa dan kesalahan yang sudah kita perbuat di masa lalu.

Kesempatan untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 terletak pada aqidah (iman) kita masing-masing. Dari kekuatan iman ini kemudian timbul semangat jihad.

Jangan salah mengartikan jihad itu sebagai konteks peperangan belaka. Dalam islam, jihad itu memiliki banyak makna dan ruang lingkup yang luas. Dalam kaitannya dengan persatuan dan kehidupan sosial kemasyarakatan, jihad yang dimaksud disini adalah jihad mengendalikan hawa nafsu dan jihad menghadirkan kehidupan yang sukses.

Seorang ulama berkata: innal hayaata aqiidatun wajihaadun, "sesungguhnya hidup itu adalah aqidah dan jihad." Aqidah (iman) membangun militansi berjihad dan hanya dengan jihad orang akan mendapatkan apa yang dicapainya.

Sebagaimana firman Allah :

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) kami, benar-benar kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesunguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Ankabut : 69).

Tak ada gunanya beretorika persatuan atau semangat menghadapi pandemi Covid-19, jika di waktu bersamaan kita masih tidak bisa menahan hati, mulut dan jari kita dalam menebar kebencian. Yang dibutuhkan masyarakat kita saat ini adalah tindakan nyata, baik itu dari pemerintah maupun dari kita sendiri untuk mengulurkan tangan, saling menebar kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun