Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Konflik Israel-Palestina dengan Pikiran yang Adil

18 Mei 2021   09:48 Diperbarui: 18 Mei 2021   10:03 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa yang terjadi di sana bukan konflik agama, melainkan perebutan teritorial atau pengakuan hak atas wilayah (unsplash.com/Taylor Brandon)

"Selama periode Ottoman, Muslim, Kristen, dan Yahudi, sebagian besar, hidup bersama secara harmonis. Kisah-kisah kontemporer menceritakan tentang umat Islam yang mengucapkan doa dengan tetangga Yahudi mereka, mengizinkan mereka mengambil air sebelum Sabat, dan bahkan mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Yahudi sehingga mereka dapat belajar berperilaku baik. Pernikahan dan hubungan antara orang Yahudi dan Arab tidak pernah terjadi sebelumnya."

Munculnya Gerakan Zionisme di Palestina

Multikulturalisme dan toleransi ini bertahan hingga masa kolonialisme ketika Inggris merebut Palestina dari Kesultanan Ottoman pada 1917. Melalui Deklarasi Balfour, Inggris mengumumkan Palestina adalah "rumah nasional bagi orang-orang Yahudi". Sejak saat itu, orang-orang Yahudi terus berdatangan ke Palestina.

Pada abad ke-19, ada banyak seruan untuk nasionalisme. Banyak entitas etnis menginginkan negara merdeka untuk bangsa mereka sendiri. Theodore Herzl, yang dikenal sebagai bapak pendiri Zionisme, menyerukan pembentukan negara merdeka bagi orang Yahudi.

Theodor Herzl menganggap Antisemitisme sebagai fitur abadi dari semua masyarakat di mana orang Yahudi hidup sebagai minoritas, dan hanya pemisahan yang memungkinkan orang Yahudi lolos dari penganiayaan abadi. Dalam makalahnya berjudul Der Judenstaat, Herzl menulis "Biarkan mereka memberi kami kedaulatan atas sebagian permukaan bumi, cukup untuk kebutuhan rakyat kami, maka kami akan melakukan sisanya!"

Herzl mengusulkan dua wilayah yang mungkin untuk dijajah, Argentina dan Palestina. Herzl menginginkan Argentina karena wilayahnya yang luas dan berpenduduk jarang serta iklim sedang. Meski begitu, Herzl mengakui bahwa Palestina akan memiliki daya tarik yang lebih besar karena hubungan historis orang Yahudi dengan daerah itu (bekas wilayah kerajaan Yudea).

Di sisi lain, Palestina, yang pertama kali dikendalikan oleh Ottoman dan kemudian dijajah oleh Inggris, juga menginginkan negara Palestina yang merdeka. Akibatnya, konflik Israel-Palestina berpusat di sekitar ide-ide nasionalisme yang bertabrakan. Masing-masing pihak gagal untuk mengakui keabsahan klaim pihak lain. 

Konflik Israel-Palestina Bukan Konflik Agama

Dari sini kita bisa memahami bahwa akar dari konflik Israel-Palestina bukan masalah keagamaan. Apa yang terjadi di sana bukan konflik agama, melainkan perebutan teritorial atau pengakuan hak atas wilayah-wilayah tertentu, antara negara Israel yang dimotori oleh gerakan Zionisme dengan negara Palestina.

Di Israel, ada 39 partai politik dan yang berkuasa di Israel adalah partai Likud, partai politik sayap kanan yang penuh dengan ekstremis Zionis. Perdana Menteri Israel yang sekarang, Benjamin Netanyahu adalah seorang ekstremis dan Zionis yang sudah berkuasa di Israel selama 12 tahun.

Netanyahu tercatat telah diadili karena korupsi beberapa kali. Dia bermitra dengan ekstremis religius dan sayap kanan, nasionalis konservatif. Sementara itu Partai Likud dianggap bertanggung jawab atas pendudukan ilegal saat ini di Yerusalem dan percobaan pengendalian lingkungan Arab (penggusuran di Sheikh Jarrah dan lingkungan lainnya).

Tidak semua rakyat Israel mendukung kebijakan Partai Likud yang ekstrim ini. Banyak rakyat Israe yang marah dan membenci Benyamin Netanyahu. Banyak orang Yahudi tidak setuju dengan Zionisme. Masalahnya adalah, mereka tinggal di negara yang dikuasai tiran (Partai Likud) dan tidak dapat melarikan diri dari cabang pemerintahan sayap kanan yang ekstrim.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun