Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Preman Tobat

10 Mei 2021   07:02 Diperbarui: 10 Mei 2021   07:18 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku berpikir mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa orang itu salat sambil menutup-nutupi tato di lehernya (unsplash.com/Afiq Fatah)

"Baru beberapa minggu ini dia rajin salat ke masjid, dan selalu memilih barisan paling belakang. Seperti yang kamu lihat, setiap kali salat dia berusaha menutupi lehernya yang terbuka, seolah tidak ingin orang lain tahu ada tato di sana.

Kata beberapa warga di sini, orang itu dulu preman pasar. Ditakuti beberapa preman lainnya. Pokoknya jawara deh. Qadarullah, istrinya malah sosok yang rajin beribadah. Sebuah anomali bukan Gus?"

Aku mengangguk dan dalam hati bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang perempuan yang taat beribadah memiliki suami preman pasar yang ditakuti warga?

Ah, bukankah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini? Jaman Rasulullah Saw dulu, bahkan beberapa sahabat yang alim orangtuanya masih kafir. Bahkan dalam perang Badar, Abu Bakar as Shiddiq sempat akan berperang tanding melawan anaknya sendiri, hingga kemudian anaknya itu mendapat hidayah dan masuk Islam di kemudian hari.

Seakan bisa membaca pertanyaan hatiku, Ustaz Sobri tersenyum dan melanjutkan ceritanya,

"Betul, Gus. Hidayah memang tidak bisa dipaksakan. Hidayah itu hak prerogratif Allah Swt. Begitu pula dengan preman pasar itu. Ketika istrinya meninggal dunia, dalam detik-detik menjelang ajal, istrinya masih sempat mendoakan suaminya mendapat hidayah dan bertobat.

Qodarullah Gus, Allah mengabulkan doanya tersebut. Belum kering makam istrinya, preman pasar itu datang ke masjid, minta bertemu dengan takmir. Waktu itu Ustaz Ali yang menemuinya. Di depan Ustaz Ali, preman pasar itu menangis. Dia menyesali perbuatan maksiatnya di masa lalu, dan minta didoakan Ustaz Ali agar dosa-dosanya diampuni.

Dengan dibimbing Ustaz Ali, preman pasar mulai menyucikan jiwanya. Hampir setiap salat lima waktu, dia selalu hadir di masjid ini, meskipun selalu berada di shaf paling belakang. Aku pikir bukan karena dia malu Gus, melainkan merasa rendah diri dengan masa lalunya yang penuh lumpur hitam.

Kamu tahu Gus, ketika Ustaz Ali menawarkan untuk menghapus tato di beberapa bagian tubuhnya, preman pasar itu menolak. Katanya, biarlah itu menjadi pengingat bagi dirinya, agar senantiasa memohon ampun atas segala dosa-dosanya di masa lalu. Saat kuamati dia selalu menutupi lehernya yang bertato, mungkin dia merefleksikannya sebagai sebuah tindakan menghapus masa lalunya."

Aku termenung mendengar cerita Ustaz Sobri. Tapi yang jelas, preman pasar yang bertobat itu sudah berhasil membuat malu diriku.

Malu karena dia adalah cermin atas segala dosa dan khilaf dariku, namun masih sering merasa diriku sudah suci. Malu karena justru dari dialah aku mendapat pelajaran, bahwa pintu ampunan Allah itu seluas hamparan langit dan bumi. Tak ada kata terlambat bagi hamba Allah untuk segera bertobat, selama Allah masih memberi nikmat nafas kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun