Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Izinkan Saya Mengajar untuk Mencari Bekal"

12 Maret 2021   07:02 Diperbarui: 12 Maret 2021   07:30 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di usianya yang sudah senja, Bu Pardi tetap mengajar untuk mencari bekal (dok.pri)

"Ustaz, tunggu sebentar ada yang perlu saya bicarakan," kata Bu Henny mencegat ketika aku hendak masuk ke kelas. Saat itu jam mengajar sudah hampir mulai.

Bu Henny adalah kepala TPQ Al Kautsar, tempatku mengajar. Beliau lah yang memintaku untuk membantu mengelola TPQ karena merasa sudah tua dan tidak sanggup mengorganisir pembelajaran. Sebagai kepala TPQ, beliau sering berdiskusi denganku, meminta masukan bagaimana menjalankan TPQ agar dapat menjadi tempat pembelajaran Al-Quran yang baik bagi anak-anak sekitar.

"Tadi Bu Pardi menghadap ke saya. Bu Pardi meminta agar tetap ditunjuk jadi guru di TPQ ini dan diijinkan mengajar, meskipun beliau tidak ikut sertifikasi guru Al-Quran," kata Bu Henny menjelaskan.

Bersama Bu Henny, Bu Pardi termasuk salah seorang perintis TPQ di masjid lingkungan tempat tinggalku. Usianya hampir 70 tahun, paling tua di antara guru-guru TPQ lainnya. Sudah lebih dari 20 tahun beliau mengajar di TPQ. Boleh dibilang, hampir semua pemuda dan anak-anak di lingkungan perumahan sekitar TPQ pernah diajari Bu Pardi mengaji.

Pasca dibukanya kembali TPQ setelah sempat vakum karena pandemi Covid-19, para guru TPQ diminta pihak Yayasan untuk ikut sertifikasi guru Al-Quran agar punya kompetensi ilmu Al-Quran yang lebih baik. Selain itu juga untuk menyeragamkan dan menstandard-kan pembelajaran karena metode pembelajarannya diubah.

Selama 4 bulan para guru TPQ, termasuk diriku mengikuti program tahsin ( perbaikan mengaji Al-Quran), yang dilanjutkan dengan sertifikasi. Dari 8 guru yang ikut, hanya 5 guru yang lulus ujian dan berhak mengikuti sertifikasi guru Al-Quran. Bu Pardi termasuk di antara 3 guru lain yang belum lulus ujian.

Mungkin karena merasa sudah tua dan tidak bisa bersaing dengan guru-guru yang lebih muda, Bu Pardi pernah menyatakan tidak ingin ikut sertifikasi. Namun Bu Henny dan guru-guru lainnya meminta agar Bu Pardi tetap ikut program tahsin dan mengikuti ujian lagi agar dapat ikut sertifikasi.

Aku tidak mengerti mengapa tiba-tiba Bu Pardi memohon agar tetap ditunjuk jadi guru TPQ. Dari omongan Bu Henny, aku menangkap kesan Bu Pardi takut diberhentikan jadi guru TPQ karena tidak lulus ujian dan tidak bisa ikut sertifikasi.

Padahal aku tahu, tidak ada niat sedikitpun dari pihak yayasan dan takmir untuk memberhentikan guru. Malah pihak yayasan pernah memintaku untuk mencari guru tambahan mengingat kapasitas kelas yang masih cukup serta minat anak-anak yang ingin mengaji di TPQ juga sangat besar.

"Kenapa kok Bu Pardi tiba-tiba ngomong seperti itu, Bu? Kita kan tidak ada niat untuk memberhentikan beliau?" tanyaku tidak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun