Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Koruptor Menghadapi Vonis dari Hakim Bao Indonesia

3 Maret 2021   08:23 Diperbarui: 3 Maret 2021   08:56 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akan kubuat vonis dari si Hakim Bao itu tidak ada artinya, bagai guratan di atas air yang demikian cepat menghilang (shutterstock)

Hakim yang satu ini benar-benar terkenal anti suap. Tak hanya itu, pedang keadilannya menjadi sangat tajam bila yang diadili di depan mejanya adalah koruptor kelas kakap. Sebaliknya, pedang itu mendadak tumpul bila yang duduk di kursi pengadilan adalah rakyat yang diperlakukan semena-mena oleh hukum penguasa.

"Saya sudah mencobanya berulangkali, pak. Seperti yang sudah saya laporkan sebelumnya, semua pemberian kita ditolaknya. Bahkan, uang dua koper yang dikirim utusan bapak kemarin dilemparkannya ke luar rumah.

Kami juga sudah berusaha mendekat lewat keluarganya. Ternyata sama saja. Semua barang-barang mewah yang kami belikan dan kami kirim untuk keluarganya dikembalikan. Malah kami diancam akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan penyuapan," kata Poltak menjelaskan.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, Poltak. Kau upayakan segala cara agar si Hakim Bao ini bisa tunduk dan mau memberi vonis bebas, paling tidak vonis yang meringankan. Ingat Poltak, kau sudah kubayar sangat banyak, lebih banyak daripada yang bisa didapatkan pengacara terbaik di negeri ini. Kalau kau bisa membebaskanku dan si Hakim Bao itu memberi vonis yang ringan, engkau tak hanya kuguyur dengan uang. Tapi, reputasimu sebagai pengacara handal juga akan melambung."

"Baik pak. Akan saya usahakan segala cara untuk membebaskan Bapak."

***

Dengan sikap tenang dan terus menebar senyum ke arah kerumunan wartawan dan pengunjung sidang, aku memasuki ruang pengadilan. Hari ini, majelis hakim yang dipimpin si Hakim Bao akan membacakan vonis kasus korupsi, dengan terdakwa tunggal diriku.

Dari kursi pesakitan, kutatap sosok hakim yang sedang membacakan pengantar keputusan. Raut mukanya tegas, seolah memancarkan aura Wakil Tuhan yang sedang mengadili hamba-Nya. Nada suaranya sesekali naik kala sampai pada poin-poin dakwaan yang menjeratku dan bukti-bukti yang memberatkan.

"Maka, dengan menimbang segala bukti yang ada, majelis hakim memutuskan untuk menjatuhkan vonis hukuman penjara seumur hidup kepada terdakwa," ucap si Hakim Bao sambil mengetokkan palu tiga kali tanda vonis sudah diputuskan.

Mendengar keputusan itu, aku tetap duduk tenang. Kutatap satu per satu wajah tiga orang majelis hakim yang mengadiliku. Dua hakim anggota kulihat menunduk. Sedangkan hakim yang berada di tengah, si Hakim Bao dengan berani beradu pandang. Sorot matanya tajam seolah menantangku.

Aku membalas pandangan tajam itu dengan senyuman. Aku sendiri tidak terkejut mendengar keputusan itu. Mengingat reputasi si Hakim Bao, aku sudah mengira akan mendapat hukuman yang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun