Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu-satunya Alasan Kita Sering Meremehkan Pahala Ibadah

18 Februari 2021   20:03 Diperbarui: 18 Februari 2021   20:12 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seringnya kita meremehkan pahala ibadah karena Allah tidak memberikannya saat itu juga (ilustrasi diolah pribadi melalui Canva)

Alkisah, ada pengemis sedang meminta-minta di sebuah rumah mewah. Beruntung, pembantu rumah tangga sang tuan rumah mau menemui pengemis itu. Seringkali, anjing peliharaan atau satpam yang tanpa basa-basi langsung mengusir tamu tak diundang apalagi tamunya itu bermaksud mengemis.

Pembantu itu kemudian memberi pengemis uang seribu rupiah dan berkata,

"Maaf ya Pak, saya cuma punya uang seribu rupiah. Kalau mau, Bapak bisa kembali ke sini satu minggu lagi. Nanti saya beri uang 10 ribu."

Nah, kira-kira menurut Anda, apakah pengemis itu mau kembali seminggu lagi, atau mengambil uang seribu rupiah yang diberi pembantu tadi?

Kemungkinan besar, pengemis itu akan mengambil uang seribu rupiah, alih-alih bersabar dan kembali lagi ke rumah mewah seminggu kemudian untuk mengambil uang 10 ribu seperti yang dijanjikan pembantu. Benar tidak?

Seperti itulah gambaran sederhana konsep ganjaran atau pahala dalam bertakwa kepada Allah SWT. Takwa, dari segi bahasa artinya "memelihara" atau "menghindari". Dalam konsep keagamaan, para ulama mendefinisikan takwa sebagai "melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya".

Kalau kita membuka Al Quran, kita akan menemukan beragam gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep takwa. Ada perintah takwa yang ditujukan untuk manusia, ada pula perintah yang ditujukan kepada binatang dan alam semesta. Ada perintah yang berkaitan dengan syariat, ada pula perintah yang berkaitan dengan hukum kemasyarakatan (muamalah) dan hukum-hukum alam (sunnatullah).

Satu hal yang pasti, Allah menjanjikan ganjaran bagi setiap hamba-Nya yang bertakwa, dan memberi sanksi bagi hamba-Nya yang mengabaikan/tidak bertakwa. 

Dalam memberikan pahala atau hukuman, Allah Mahaadil dan Maha Menepati Janji. Dia tidak memilih, tetapi memilah. Dia tidak lalai atau tidur, hanya seringkali menunda atau mengulur.

Bagi setiap hamba yang bertakwa, Allah sering mengulur ganjaran atau pahalanya hingga kelak hari kemudian. Begitu pula hukuman Allah kepada mereka yang lalai dan mengingkari perintah-Nya, seringkali ditunda dan diundur hingga hari pembalasan kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun