Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wahai Guru, Jadikan Sabar sebagai Modal Utama Mengajar

28 Januari 2021   07:54 Diperbarui: 28 Januari 2021   08:22 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi pendidik itu tidak hanya butuh pengetahuan, melainkan juga butuh kesabaran (dokpri)

Para santri di sebuah pondok pesantren heboh. Beberapa barang berharga miliki mereka hilang. Jari telunjuk mereka mengarah ke seorang santri yang sejak ia masuk ke ponpes tersebut dikenal memiliki perangai yang buruk.

Setelah mendapat laporan, ustaz Bakir, pemimpin ponpes tersebut memaafkan santri mbeling itu. Selain minimnya bukti, juga tidak ada saksi yang mau bersumpah menyaksikan sendiri sekalipun dugaan santri-santri lainnya begitu kuat.

Waktu pun berlalu, hingga kemudian terjadi pencurian lagi. Kali ini ada seorang santri yang bersumpah ia menyaksikan si santri mbeling mencuri uang teman satu kamarnya.

Karena ada seorang santri yang menjadi saksi, para santri lainnya meminta pada Ustaz Bakir agar si santri mbeling dikeluarkan dari pondok. Namun untuk kedua kalinya, Ustaz Bakir memilih tetap memaafkan.

Beberapa waktu kemudian, si santri mbeling tertangkap basah oleh beberapa rekannya sedang mencuri. Seluruh santri penghuni ponpes kemudian mengarak santri mbeling ke kediaman Ustaz Bakir, dengan maksud untuk meminta keadilan sekaligus ketegasan. Mereka menginginkan santri mbeling dikeluarkan dari pondok saat itu juga.

"Ustaz, kelakuan si Fulan sudah sangat keterlaluan. Dua kali dia mencuri, Ustaz memaafkan dan kami pun ikut memaafkan. Tapi, ini sudah yang ketiga kalinya dan dia tertangkap basah oleh beberapa temannya.

Kalau Ustaz masih memaafkan dan tidak mau mengeluarkan si Fulan, kami semua sudah sepakat untuk keluar dari pondok," kata seorang santri mewakili teman-temannya.

Ustaz Bakir memandang sekeliling. Dilihatnya wajah-wajah penuh amarah dari santri-santri yang menjadi korban pencurian si Fulan. Sementara si Fulan sendiri, dengan wajah tertunduk tidak berani mengangkat muka.

"Kalian semua santri-santriku yang jujur, jika kalian ingin keluar dari pondok silakan saja, karena aku yakin kalian tidak akan salah jalan di luar sana. Sebab kalian sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk," kata Ustaz Bakir sambil tersenyum memandang wajah santri-santrinya.

Puluhan pasang mata yang hadir memandang lekat pada Ustaz Bakir, menunggu kelanjutan ucapan guru mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun