Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

2 Pertimbangan yang Harus Dicermati Saat Pilih Sekolah di Masa Pandemi

11 Januari 2021   07:58 Diperbarui: 11 Januari 2021   10:51 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di masa pandemi, orangtua dihadapkan begitu banyak pertimbangan saat memilih sekolah bagi anak (ilustrasi: shutterstock)

Setiap orangtua tentunya menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Terkadang, ada orangtua yang terobsesi saat pilih sekolah bagi anak mereka. Mereka rela mengeluarkan banyak uang agar bisa memilih sekolah yang dianggapnya terbaik.

Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 dan ketidakpastian serta berbagai tantangan yang menyertainya, orangtua sekarang harus dihadapkan begitu banyak pertimbangan saat hendak memilih sekolah untuk anak-anak. Orangtua tidak hanya harus mempertimbangkan kualitas pendidikan sekolah pilihan maupun jarak sekolah dengan tempat tinggal. 

Ada beberapa faktor penting lain yang harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan utama bagi orangtua saat memilih sekolah bagi anak-anak. Berikut dua pertimbangan penting yang harus diperhatikan orangtua ketika memilih sekolah di masa pandemi global.

Periksa dengan Cermat Sistem Perawatan Kesehatan di Sekolah

Ketika pandemi mulai menyebar di seluruh dunia, setiap orang akhirnya sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan, di manapun berada. Itu sebabnya, pertimbangan pertama dan paling utama saat memilih sekolah adalah memeriksa dengan cermat sistem perawatan kesehatan di sekolah.

Sistem perawatan kesehatan di sini mencakup fasilitas kesehatan dan bagaimana kesigapan sekolah dalam menangani keadaan darurat kesehatan yang dialami siswa.

Sebelum memilih sekolah, orangtua dan siswa harus memperhatikan fasilitas kesehatan apa saja yang disediakan pihak sekolah dalam merawat dan menjaga kesehatan siswa selama pandemi. Ketersediaan air bersih untuk mencuci tangan hingga alat-alat pemeriksa kesehatan yang memadai.

Di luar itu, orangtua dan siswa juga harus mencermati apa saja langkah-langkah yang diambil sekolah bila mereka melakukan pembelajaran tatap muka, dan apa yang dilakukan bila sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.

Seperti yang dilakukan sekolah anak saya, sebelum memulai pembelajaran tatap muka dimulai proses screening sudah dilakukan dengan meminta setiap siswa yang ingin belajar tatap muka di sekolah melengkapi diri dengan surat kesehatan. 

Kemudian dari simulasi yang pernah saya saksikan, pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum siswa melangkah masuk ke gerbang sekolah. Mulai dari pemeriksaan suhu tubuh hingga kewajiban memakai masker dan mencuci tangan di bak cuci yang sudah disediakan.

Cermati Pengalaman Digital Sekolah

Pertimbangan utama yang kedua adalah pengalaman digital sekolah. Ketika pandemi mulai menyebar, pemerintah langsung memberlakukan pembatasan operasional sekolah. Ruang kelas ditutup dan proses belajar mengajar dialihkan secara virtual atau digital.  

Seiring ketidakpastian pandemi, model pembelajaran jarak jauh ini diperkirakan masih akan terus berlangsung. Siswa tidak akan terlalu banyak menghabiskan waktu belajar mereka di sekolah, melainkan di rumah masing-masing.

Hal ini tentu menuntut kesiapan tenaga pendidik di setiap sekolah untuk memindahkan ruang kelas mereka di dunia maya. Sayangnya, masih banyak tenaga pendidik yang gagap digital dan belum siap melakukan model pembelajaran jarak jauh, sekalipun masa pembelajaran ini sudah kita lalui hampir 10 bulan lamanya.

Tidak semua guru memiliki pemahaman atau literasi digital yang sepadan. Mengajar secara online membutuhkan lebih dari sekadar pemahaman yang lewat tentang teknologi yang terlibat. Pembelajaran jarak jauh membutuhkan proses kreativitas yang lebih tinggi agar siswa tidak mudah merasa bosan dan materi pelajaran bisa diserap dengan baik.

Kelas online juga membutuhkan lebih banyak pekerjaan, lebih banyak perhatian, dan lebih banyak komitmen daripada kelas tatap muka. Bagi guru, mereka harus mempersiapkan materi dan memikirkan apakah materi itu bisa sepenuhnya dipahami siswa tanpa harus mereka dampingi secara langsung.

Ada guru yang hanya sekadar memberi tugas tertulis lewat grup WhatsApp. Ada guru yang lebih kreatif dengan menyapa siswanya satu per satu lewat video call, dan secara intensif menjalin komunikasi dengan orangtua siswa tentang kendala apa saja yang dialami anak mereka saat belajar online.

Sekolah yang memiliki pengalaman digital lebih baik tentu juga punya parameter penilaian siswa yang lebih baik pula. Kemajuan belajar siswa tidak mutlak hanya diukur dari nilai-nilai hasil mengerjakan tugas sekolah, karena saat siswa mengerjakan di rumah, sudah tentu ada campur tangan orangtua.

Penting bagi orangtua dan siswa untuk mencermati opsi digital yang diadopsi sekolah. Sekalipun nanti proses pembelajaran jarak jauh tetap dilakukan, orangtua dan siswa tentu ingin hasil belajar jarak jauh ini sama dengan hasil belajar secara tatap muka langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun