Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahmadiyah Bukan Islam, Syiah itu Menyimpang

26 Desember 2020   14:07 Diperbarui: 26 Desember 2020   16:08 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Ahmadiyah yang pertama kali dikibarkan pada 28 Desember 1939 (warta-ahmadiyah.org)

Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang akan melindungi penganut Syiah dan Ahmadiyah sebagai warga negara Indonesia patut kita hargai.

"Tidak ada pernyataan saya melindungi organisasi atau kelompok Syiah dan Ahmadiyah. Sikap saya sebagai Menteri Agama melindungi mereka sebagai warga negara," kata Yaqut seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat, 25 Desember 2020.

Sebagai menteri agama di negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam beraliran Ahlussunnah wal jamaah (sunni), Gus Yaqut juga harusnya mengerti bahwa mengotak-atik masalah Syiah dan Ahmadiyah adalah persoalan yang sangat sensitif. Ahmadiyah tidak pernah diakui sebagai bagian dari Islam. Sementara Syiah sudah terlanjur diberi stempel menyimpang (jika tidak mau disebut sesat).

Sekilas Tentang Ajaran Ahmadiyah

Mari kita jernihkan dahulu masalah Ahmadiyah. Banyak orang yang bukan pemeluk Islam menganggap Ahmadiyah adalah aliran atau sekte dalam Islam, sebagaimana ada Islam Sunni dan Syiah. Malah ada yang menganggap Ahmadiyah itu semacam organisasi keagamaan Islam yang hanya berbeda pandangan dalam beberapa masalah fikih, seperti NU yang berbeda dengan Muhammadiyah.

Jelas ini sebuah pandangan dan anggapan yang sangat keliru. Ahmadiyah seratus persen bukan Islam. Nabinya penganut Ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad.

Pada Maret 23 Maret 1889, Mirza Ghulam Ahmad menerima baiat dari sekitar 40 orang sahabatnya yang mengakui kenabiannya. Kepada pengikutnya, Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu Ilahi yang mana menurut pengakuannya Tuhan bersabda, "Engkau memiliki kedudukan seperti Musa."

Pada 1891, Mirza Ghulam Ahmad kemudian menyatakan diri sebagai Al-Masih bagi umat Kristiani, sebagai Imam Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat Hindu, dan lain sebagainya. Jelasnya, ia mengaku dirinya adalah "Nabi Yang Dijanjikan" bagi masing-masing bangsa, dan ditugaskan untuk menyatukan umat manusia di bawah bendera satu agama. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi umat Islam adalah seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal; dan sosok Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan diri sebagai al- Masih yang dijanjikan juga menyatakan dirinya tunduk dan menjadi refleksi dari Muhammad SAW.

Sekalipun penganut Ahmadiyah bersyahadat dengan mengucapkan persaksian bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tapi juga ada tambahan persaksian bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi (Al Masih/ Imam Mahdi). Selain itu, penganut Ahmadiyah juga harus menyampaikan baiat pada kekhalifahan Ahmadiyah  yang salah satu poin baiatnya adalah menjunjung tinggi ikatan baiat itu melebihi ikatan duniawi.

Apakah Ahmadiyah menganut sistem khilafah?

Oh iya. Sosok Khalifah merupakan pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah. Saat ini jemaah Ahmadiyah berada di bawah kepemimpinan Mirza Masroor Ahmad yang bergelar Khalifahtul al-Masih al-Mau'ud V.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun