Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Tak Perlu Khawatir Berlebihan Bila Google Kembali Tumbang

17 Desember 2020   07:07 Diperbarui: 19 Desember 2020   21:48 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ada banyak layanan alternatif yang bisa kita gunakan, alih-alih terlalu tergantung pada Google (ilustrasi: hvmasocialmedia.com)

Dunia seolah kiamat ketika Google mendadak mati pada 14 Desember 2020 lalu. Kedua anak saya yang tengah mengerjakan tugas di Google Classroom mengeluh tidak bisa mengirim hasil tugasnya. Istri saya yang sedang belajar pola jahitan di YouTube ikut pula uring-uringan.

Hari itu, seisi dunia tengah bertanya-tanya, mengapa raksasa internet seperti Google bisa mengalami pemadaman global?

Menurut analisis Downdetector, padamnya layanan Google terjadi di seluruh Eropa , AS, Kanada, India, Afrika Selatan, negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Australia, sebagian Asia dan beberapa negara lainnya. Hampir semua layanan Google tumbang, mulai dari Gmail, YouTube, hingga Google Workspace (Google Docs, Meet, Classroom). Pengguna juga melaporkan gawai rumah pintar yang terintegrasi dengan Google Assistant, seperti Google Home dan Google Nest juga mengalami masalah.

Layanan Google yang padam pada 14 Desember 2020 (tangkapan layar Google Status)
Layanan Google yang padam pada 14 Desember 2020 (tangkapan layar Google Status)

Dikutip dari Techcrunch, juru bicara Google mengatakan gangguan terjadi karena masalah kuota penyimpanan internal.

Hari ini (14/2), pukul 3.47 PT (Pacific Time), Google mengalami gangguan sistem otentikasi selama sekitar 45 menit karena masalah kuota penyimpanan internal. Layanan yang mengharuskan pengguna untuk masuk mengalami tingkat kesalahan tinggi selama periode ini. Masalah sistem otentikasi diselesaikan pada jam 4:32 PT. Semua layanan sekarang dipulihkan. Kami mohon maaf kepada semua orang yang terkena dampak, dan kami akan melakukan tinjauan tindak lanjut secara menyeluruh untuk memastikan masalah ini tidak terulang kembali di masa mendatang.

Ini bukan pertama kalinya Google tumbang. Pada 16 Agustus 2013, Google berhenti beroperasi antara pukul 23.52 hingga 23.57 waktu Pasifik (durasi padam cuma 2 menit). Padamnya Google ini mencakup semua layanannya.

Tidak ada laporan pasti yang menyebutkan apa penyebab matinya Google saat itu. Meski cuma padam sekitar 2 menit, namun dampaknya dirasakan sangat besar. Menurut Gosquare, saat Google berhenti lalu lintas internet langsung turun sekitar 40%.

Bagaimana dengan peristiwa padamnya Google pada Minggu lalu?

Hingga sekarang, saya belum menemukan informasi seberapa besar dampak yang timbul akibat padamnya layanan Google dan YouTube. Tapi, berkaca pada kasus yang sama di tahun 2013, dampaknya tidak jauh berbeda. Lalu lintas internet diperkirakan terjun bebas.

Wajar, karena Google sudah terlanjur identik dengan konektivitas internet itu sendiri. Seperti saya, sebagian besar pengguna internet memiliki kecenderungan untuk menggunakan beranda Google sebagai metode de-facto untuk memeriksa apakah koneksi internet mereka berfungsi.

Pikirkan kembali, ketika layanan internet yang kita gunakan padam, apa yang kemudian kita lakukan untuk memeriksa apakah sudah normal atau belum?

Membuka Facebook? Atau mengirim pesan Whatsapp? Saya yakin bukan keduanya. Hal pertama yang kita pikirkan dan langsung kita lakukan adalah menekan halaman pencarian Google pada bilah alamat browser, baik itu di laptop maupun di smartphone. Benar bukan?

Dari sudut pandang teknis, beranda Google sangat ringan. Ia memiliki komponen minimum dan skrip yang memungkinkan untuk memuat dengan cepat dan dengan upaya minimum.

Sementara dari sisi meta-psikologis, Google begitu banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Rata-rata pengguna internet mencari sekitar 76 kali dalam sehari dan berdasarkan statistik 2018, ada sekitar 2 triliun pencarian yang terjadi setiap hari.

Begitu dominannya Google dalam aktivitas manusia moderen sekarang hingga ketika Google padam dunia rasanya mau kiamat. Padahal, di luar layanan Google, ada banyak layanan serupa yang bisa kita gunakan.

Untuk mesin pencarian, masih ada Bing dari Microsoft, Duck Duck Go atau Yahoo Search. Kalau ingin melihat hiburan video, ada banyak situs penyedia hiburan maupun situs berbagi video lain seperti Vimeo atau Dailymotion. Kita juga bisa meminta bantuan navigasi pada Waze, Apple Maps, Mapquest atau Yahoo! Maps apabila Google Maps tidak bisa diakses.

Sementara untuk menyimpan file di awan, tersedia ratusan situs yang menawarkan ruang untuk menyimpan file-file penting, dari dokumen hingga video privat. Dari onedrive, dropbox hingga mediafire.

Jadi, sebenarnya ada banyak layanan alternatif yang bisa kita gunakan, alih-alih terlalu tergantung pada Google. Namun yang jadi masalah adalah, apakah kita terbiasa memakai dan menggunakan hasilnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun