Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kualitas Moral Bangsa Kita Tergantung Apa yang Tersaji Hari Ini

8 Desember 2020   07:54 Diperbarui: 8 Desember 2020   07:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau kita mengisi jiwa dengan bahan baku yang berkualitas, Allah akan memperbaiki kita sebagai insan (ilustrasi:glasgowguardian.com)

Merujuk pada ayat tersebut, bahan baku utama agar diri kita bisa menjadi manusia yang berkualitas terdapat dalam diri kita sendiri, yakni nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup. Nilai-nilai ini sebagian kita dapatkan dari keteladanan, sebagian lagi kita dapatkan dari apa yang diserap oleh indera kita melalui pengalaman sehari-hari. Terutama apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat.

Dalam hal keteladanan, orangtua kita dahulu selalu mendorong atau memberi contoh pada anak-anaknya dengan mengambil idola pada tokoh-tokoh yang berilmu, sekaligus berakhlak/bermoral tinggi. Pahlawan, ulama atau tokoh-tokoh lain yang sudah terbukti memberi kontribusi pada masyarakat baik karena perjuangan fisiknya, atau ilmu pengetahuannya.

Hal ini tidak kita dapati lagi di jaman sekarang. Bagi anak-anak muda generasi milenial dan gen Z, yang diidolakan adalah mereka yang dinilai keren. Masalah tokoh idola itu memiliki moral atau akhlak yang buruk, itu tidak mempengaruhi standar pengidolaan mereka.

Nilai-nilai kehidupan juga bisa kita dapatkan dari apa yang disajikan kita pada hari ini. Perkembangan jiwa kita ditentukan oleh apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat.

Seorang teman saya, memiliki anak usia 6 tahun yang gemar mengumpat (misuh) atau mengucapkan kata-kata kotor. Penyebabnya, di lingkungan tempat tinggal teman saya tersebut anak-anak kecilnya juga terbiasa mengumpat, dan dibiarkan oleh orangtua mereka.

Anak tersebut tidak bersalah. Orangtuanya juga tidak bisa kita salahkan sendiri. Kita semua lah yang bersalah karena sudah membentuk lingkungan yang memengaruhi jiwa anak-anak yang mulanya bersih tak bernoda.

Lingkungan yang bersih tak hanya dalam rupa fisik, melainkan juga yang dapat membersihkan jiwa setiap insan yang ada di dalamnya. Apa yang tersaji dalam lingkungan itulah yang menjadi bahan baku dalam membentuk umat manusia yang berkualitas, yang berakhlak mulia.

Dulu, kita disuguhi bacaan dan tontonan yang menjadi tuntunan hidup kita. Sekarang, apakah bacaan dan tuntunan yang tersaji hari ini bisa menjadi tuntunan bagi anak-anak kita?

Dalam bukunya Lentera Hati (Mizan, 1994), Quraish Shihab menceritakan dialog antara seorang penulis dan penjual kertas:

"Mengapa harga kertas yang belum bertuliskan ini lebih mahal dari harga kertas yang telah ditulisi? Bukankah tulisan mempunyai nilai tambah, sehingga ia seharusnya lebih mahal?" keluh si penulis pada penjual kertas.

"Tidak! Kertas putih ini belum dicemari oleh tulisan. Kertas yang telah ditulisi, seperti halnya pakaian kotor, harganya murah," kata si penjual menjawab keluhan si penulis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun