Tengah malam, Edhy tampak duduk termenung di meja rias istrinya. Selembar kertas kosong tergeletak di meja.
Setelah menoleh ke belakang dan memastikan istrinya sudah tertidur pulas, Edhy mengambil kertas kosong itu lalu menulis:
"Istriku...
Jika engkau bumi, akulah mentari...
Aku menyinari dirimu, dan dikau selalu mengharapkan hangatnya sinarku.
Lalu terpikir olehku, bukankah Tuhan menciptakan aku bukan hanya untuk bumi?
Masih ada planet-planet lain yang juga mengharapkan hangatnya sinarku.
Jadi istriku...
Relakanlah aku menyinari planet lain. Ijinkan planet-planet itu merasakan hangatnya sinarku, merasakan faedah keberadaanku. Karena itu sudah kodratnya, dan Tuhan pun tak marah."
Setelah membaca ulang surat itu, Edhy tersenyum. Lalu, diletakkannya surat itu di sebelah istrinya yang sedang tertidur pulas, dengan harapan begitu bangun istrinya bisa langsung membaca suratnya.Â