Mau tak mau Rayhan memandang juga ke arah makhluk cantik di depannya. Seorang gadis muda dengan "mode minimalis" tengah duduk menunduk sembari jemari tangannya sibuk menyentuh layar ponsel pintar yang digenggamnya.
Mata Rayhan seperti tersihir, otomatis men-scan seluruh tubuh gadis muda itu: sepatu sneakers; kaki dengan jenjang paha putih mulus terpampang jelas; bagian tubuh yang sensitif dibungkus celana pendek ketat; kaos tipis menampakkan siluet anggota tubuh bagian dalam.
Dengan menahan nafas Rayhan mengalihkan gerak bola matanya ke bagian wajah; bibir merah basah entah habis minum atau karena efek lipstick; pipi tersapu bedak tipis; mascara merah muda membayang di bawah bulu mata yang lentik; rambut sebahu dibiarkan terurai apa adanya.
Cantik, dan tentu saja seksi.
"Mbak nggak kedinginan?"
Pertanyaan Rayhan terasa menggema di ruang tunggu yang sepi, hanya terisi mereka berdua. Seketika gadis muda itu menatap wajah Rayhan. Pipinya memerah senada dengan mascara. Sorot matanya menatap tak senang. Tangannya langsung teralih dari layar ponsel lalu sibuk membenahi pakaian yang dikenakannya.
"Mbak, bajunya seksi banget loh, nggak takut digodain?" sambil tersenyum Rayhan mengumpankan sebuah pertanyaan lagi.
"Eh, mata dan mulutnya dijaga ya," bibir yang basah itu akhirnya mengeluarkan suara. Hati Rayhan sontak mendesir. Tak dinyana suara gadis muda itu terdengar merdu.
"Lah, terserah mata saya dong Mbak, wong saya yang punya mata kok Mbak yang sewot? Lagian, bukannya Mbak berpakaian seperti itu biar menarik perhatian laki-laki seperti saya? Nah, saya sudah tertarik nih. Harusnya Mbak bersyukur dong," kata Rayhan santai.
"Dasar otak mesum!" Singkat dan padat gadis muda itu langsung melabeli Rayhan.